Masih yang lama atau menjadi baru?

Rabu, 22 Agustus 2012 - 14:24 WIB
Masih yang lama atau menjadi baru?
Masih yang lama atau menjadi baru?
A A A
SEBELUMNYA izinkan saya mengucapkan mohon maaf lahir batin bagi semua pembaca harian Seputar Indonesia yang merayakan Idul Fitri.

Momentum Idul Fitri bukan semata-mata selesai menjalani ibadah puasa selama 30 hari,melainkan hal ini menjadi sebuah momentum spesial yang dapat kita refleksikan bersama dan belajar suatu nilai positif. Di tengah kesibukan masyarakat kota Jakarta,manusia terkadang menjadi lupa untuk merenungkan perjalanan hidupnya, termasuk apa saja yang sudah dilakukan selama ini baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, entah itu lewat pikiran, perbuatan maupun perkataan sehari-hari. Masih dalam suasana liburan,saatnya untuk belajar melihat ke dalam diri dan belajar untuk memulai sebuah lembaran baru dengan energi yang positif.

Belajar Memaafkan


Di salah satu artikel saya di harian Seputar Indonesia, saya pernah menulis sebuah tulisan yang berjudul “Buang Racun dalam Diri”. Banyak orang menyimpan racun dalam hidupnya seperti memendam kekesalan, amarah, kebencian, kepada orang lain, entah itu saudara, orang tua, rekan kerja, dan atasan.Apa yang kita simpan dalam pikiran akan menjadi sesuatu yang berdampak pada kehidupan.

Jika manusia menyimpan racun dalam pikirannya maka tubuh akan menyerap zat yang ada pada racun untuk disebarkan kepada anggota tubuh, sehingga kita terkadang merasa stres,sakit,dan menjadi tidak bahagia. Sebaliknya jika manusia mau belajar untuk ikhlas, memaafkan, dan bersyukur atas apa yang ada, maka besar kemungkinan hidupnya menjadi sedikit lebih bahagia dan tenang. Kalimat mohon maaf lahir batin, bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini akan begitu besar dampaknya jika seseorang betul-betul menyatakannya dari dalam hati yang tulus.

Mungkin bagi sebagian orang yang membacanya, hal ini terkesan sedikit klise, namun tidak ada salahnya bagi kita untuk belajar mengaplikasinya dalam hidup.Yang membuat orang menjadi tenang dan bahagia bukan karena apa yang terjadi dalam hidupnya semata,melainkan apa yang ia tanamkan dalam pikirannya dan apa yang ia perbuat untuk orang lain,itulah yang menjadi kunci kebahagiaannya.

Belajar Melakukan Hal yang Lebih Baik


Apa yang biasanya Anda perbuat ketika dikhianati, difitnah, dan dilukai oleh orang lain?.Membalasnya 2 kali lipat lebih sakit atau justru berbuat baik kepada mereka?.Memang hal ini bukanlah sebuah jawaban yang mudah.Jika kita menggunakan logika,sangatlah sulit berbuat baik kepada orang yang sudah menyakiti kita. John C Maxwell dalam salah satu bukunya menulis demikian “Kita naik ke suatu tingkat yang lebih tinggi saat kita memperlakukan orang lain dengan cara yang lebih baik dibanding mereka memperlakukan kita”.

Di buku Talent is never Enough,John C Maxwell menegaskan sebuah kalimat yang luar biasa: Melakukan suatu penghinaan hanya akan menempatkan Anda berada di bawah orang lain atau lawan Anda; membalas dendam justru akan membuat Anda tidak jauh berbeda dengan lawan Anda; akan tetapi dengan memaafkan dan mengampuni lawan Anda,akan membawa Anda ke tingkat yang lebihtinggidaripadalawanAnda. Banyak orang hidupnya gemarmelakukanpenghinaanterhadap orang lain,Banyak orang hidupnya kerap menyudutkan orang lain.

Banyak orang masih gemar menyimpan kekesalan dan dendam kepada orang lain bertahun-tahun lamanya.Pola pikir dan perilaku ini yang hanya akan membuat pribadi orang tersebut tidak menjadi baru dan membuat lingkungan menjadi tidak harmonis.Masih dalam semangat kemerdekaan dan Idul Fitri, saatnya dimulai dari diri kita masing-masing untuk mau merdeka dari belenggu negatif dan belajar melakukan hal yang lebih baik lagi dari hari sebelumnya.

Belajar untuk Berubah


Hari ini harus lebih baik dari kemarin.Kalimat tersebut nampaknya menjadi salah satu kalimat yang cukup banyak diminati oleh peserta training saya.Slogan yang dikatakan itu menjadi efektif dan memiliki magnet yang luar biasa ketika setiap individu mau betulbetul berubah. Belajar dan merefleksikan momentum idul fitri yakni hari kemenangan, hendaknya kita bisa memetik sebuah pelajaran berharga yakni mau jadi pemenang dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini mungkin secara sadar atau tidak sadar.

Kita mungkin sering membicarakan orang lain, memfitnah, memusuhi, melakukan tindak kekerasan kepada orang, bersikap arogan, dan semua perilaku yang tidak memiliki nilai manfaat untuk orang banyak. Semoga kita semua, masyarakat Indonesia (baik itu dari suku dan agama yang berbedabeda) dapat menjadi pribadi yang baik dan membangun Indonesia baru.Salam sukses!

MUK KUANG
Professional Trainer, Speaker Author – Messages of Hope, Amazing Life, Think and Act Like A Winner
(and)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5401 seconds (0.1#10.140)