Kekeringan, PDAM merugi Rp150 juta tiap bulan
Jum'at, 07 September 2012 - 06:00 WIB

Kekeringan, PDAM merugi Rp150 juta tiap bulan
A
A
A
Sindonews.com - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Intan Garut merugi Rp150 juta akibat kemarau panjang. Penyebabnya, debit pada sejumlah mata air pemasok mengalami penurunan.
Direktur PDAM Tirta Intan Doni Suryadi mengatakan, kerugian ini sudah mulai terjadi sejak Juni lalu. Meski merugi, pendapatan total PDAM sebesar Rp1,53 miliar per bulan tidak terganggu.
“Kerugian disebabkan oleh menurunnya kapasitas air. PDAM bukan memproduksi air, tapi menyalurkan. Bila debit berkurang, pendapatan pun ikut berkurang,” katanya kepada SINDO saat ditemui kemarin.
Kendati demikian, Doni memastikan pelayanan terhadap masyarakat yang menjadi pelanggan PDAM tidak akan berkurang. Menurut Doni, selama musim kemarau ini, pihak PDAM tidak hanya menangani keperluan air bagi pelanggan saja, melainkan juga masyarakat non pelanggan yang sangat memerlukan air bersih.
“Kita miliki mobil tanki yang dapat dikirim ke masyarakat yang membutuhkan. Tentnya, bila seluruh mekanismenya sudah ditempuh. Air bersih siap disalurkan dengan mobil tangki kita,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Pelanggan (Hublang) PDAM Tirta Intan Garut Hanan menjelaskan, dampak kekeringan yang menyebabkan penurunan debit air ini hanya terjadi pada pelanggan yang tinggal di kawasan Kecamatan Karangpawitan dan Campaka Garut saja. Di Karangpawitan, pasokan air menurun menjadi 17 liter per detik dari sebelumnya 30 liter.
“Sedangkan di kawasan Campaka, pasokannya menurun dari yang sebelumnya 10 liter per detik menjadi 2,5 liter. Dua daerah ini airnya dipasok dari mata air Cibulakan, Kampung Godog, Desa Lebakjaya, Kecamatan Karangpawitan,” katanya.
Jumlah pelanggan PDAM dari dua daerah ini tercatat sebanyak 3.600 KK dengan perincian di Karangpawitan sebanyak 2.000 KK dan 1.600 KK di Campaka. Adapun total pelanggan PDAM di Garut berjumlah 34.600 KK.
“Bagi para pelanggan yang kesulitan dan memutuhkan air, kami bisa pasok dengan mengirimi mobil tanki. Per hari, mobil tanki yang dioperasikan ada sebanyak 15 unit. Untuk perincian biaya operasional, satu unit mobil tanki memerlukan biaya sebesar Rp160 ribu. Jadi total keseluruhan untuk biaya operasional harian yang kami keluarkan adalah sebesar Rp2,4 juta. Hal ini belum termasuk untuk pengiriman air bagi masyarakat non pelanggan,” pungkasnya.
Direktur PDAM Tirta Intan Doni Suryadi mengatakan, kerugian ini sudah mulai terjadi sejak Juni lalu. Meski merugi, pendapatan total PDAM sebesar Rp1,53 miliar per bulan tidak terganggu.
“Kerugian disebabkan oleh menurunnya kapasitas air. PDAM bukan memproduksi air, tapi menyalurkan. Bila debit berkurang, pendapatan pun ikut berkurang,” katanya kepada SINDO saat ditemui kemarin.
Kendati demikian, Doni memastikan pelayanan terhadap masyarakat yang menjadi pelanggan PDAM tidak akan berkurang. Menurut Doni, selama musim kemarau ini, pihak PDAM tidak hanya menangani keperluan air bagi pelanggan saja, melainkan juga masyarakat non pelanggan yang sangat memerlukan air bersih.
“Kita miliki mobil tanki yang dapat dikirim ke masyarakat yang membutuhkan. Tentnya, bila seluruh mekanismenya sudah ditempuh. Air bersih siap disalurkan dengan mobil tangki kita,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Pelanggan (Hublang) PDAM Tirta Intan Garut Hanan menjelaskan, dampak kekeringan yang menyebabkan penurunan debit air ini hanya terjadi pada pelanggan yang tinggal di kawasan Kecamatan Karangpawitan dan Campaka Garut saja. Di Karangpawitan, pasokan air menurun menjadi 17 liter per detik dari sebelumnya 30 liter.
“Sedangkan di kawasan Campaka, pasokannya menurun dari yang sebelumnya 10 liter per detik menjadi 2,5 liter. Dua daerah ini airnya dipasok dari mata air Cibulakan, Kampung Godog, Desa Lebakjaya, Kecamatan Karangpawitan,” katanya.
Jumlah pelanggan PDAM dari dua daerah ini tercatat sebanyak 3.600 KK dengan perincian di Karangpawitan sebanyak 2.000 KK dan 1.600 KK di Campaka. Adapun total pelanggan PDAM di Garut berjumlah 34.600 KK.
“Bagi para pelanggan yang kesulitan dan memutuhkan air, kami bisa pasok dengan mengirimi mobil tanki. Per hari, mobil tanki yang dioperasikan ada sebanyak 15 unit. Untuk perincian biaya operasional, satu unit mobil tanki memerlukan biaya sebesar Rp160 ribu. Jadi total keseluruhan untuk biaya operasional harian yang kami keluarkan adalah sebesar Rp2,4 juta. Hal ini belum termasuk untuk pengiriman air bagi masyarakat non pelanggan,” pungkasnya.
(gpr)