Angka pengangguran Garut tercatat 30.000 orang
Jum'at, 26 Oktober 2012 - 13:11 WIB

Angka pengangguran Garut tercatat 30.000 orang
A
A
A
Sindonews.com - Angka pengangguran di Kabupaten Garut masih tercatat tinggi. Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Garut, jumlah penganggur di 2012 tercatat sebanyak 30.000 orang.
Kepala Bidang Transmigrasi dan Penempatan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Kabupaten Garut Amir Sudrajat memperkirakan, jumlah penganggur yang sebenarnya bisa melebihi data yang ada.
Pasalnya, kata Amir, angka tersebut hanya dapat terlihat dari jumlah kartu kuning yang dikeluarkan pihaknya bagi para pelamar yang akan mencari kerja.
“Sampai sekarang belum ada yang mengembalikan kartu kuning. Sesuai aturan, kartu tersebut wajib dikembalikan sebagai bahan laporan. Apakah oleh pelamar atau perusahaan tempat ia melamar pekerjaan,” kata Amir kemarin.
Kondisi di lapangan terkait jumlah penganggur dimungkinkan bisa lebih banyak. Menurut dia, tidak semua orang yang ingin mencari pekerjaan memiliki kesempatan untuk membuat kartu kuning ke dinas.
“Contohnya, kondisi ini bisa terjadi bagi para penganggur yang berdomisili di kawasan pelosok daerah. Selain itu, faktor pendidikan yang dialami para pencari kerja di Garut pun ikut memengaruhi. Pendidikan seseorang secara tidak langsung ditentukan pula oleh penghasilan. Sebagian besar, penghasilan warga Garut adalah petani, nelayan, atau buruh. Makanya, tidak heran bila masih ada warga yang pendidikannya hanya cukup hingga SD atau tingkat SMP saja. Jadi, kita tidak dapat memastikan jumlah yang sebenarnya berapa,” ujarnya.
Pada 2011 sebelumnya, data makro Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut mencatat jumlah penganggur mencapai sebanyak 100.000 orang. Para penganggur ini terbagi ke dalam dua golongan, yaitu penganggur usia 10 hingga 14 tahun, dan penganggur usia 15 tahun ke atas.
Bupati Garut Aceng HM Fikri menilai, tingginya jumlah penganggur ini disebabkan oleh karena Garut bukan sebagai daerah industri melainkan daerah agraris.
Selain itu, kata dia, meningkatnya jumlah penganggur merupakan hasil dari tidak sebandingnya laju pertumbuhan penduduk dengan lahan pekerjaan yang tersedia.
“Setiap tahun, di semua daerah pertambahan lulusan sekolah pasti ada. Termasuk di Garut. Namun, peluang pekerjaan yang relatif sedikit mau tidak mau membuat penganggur semakin bertambah di sini,” katanya.
Diakui Aceng, para penganggur di Kabupaten Garut sebagian besarnya tidak memiliki keahlian khusus. Bila pun mereka bekerja di kawasan perkotaan atau luar negeri, penghasilannya tetap tidak bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
“Saya sudah mencari solusi atas masalah ini. Bagaimana caranya para penganggur bisa terserap oleh lowongan pekerjaan. Tentu saja kuncinya adalah mereka mesti memiliki keahlian khusus. Makanya, kita berencana akan ada desa yang dibina secara khusus dalam sebuah latihan kerja. Kita juga sudah menjalin kesepakatan dengan badan penyalur penempatan tenaga kerja,” paparnya.
Aceng memastikan, pihaknya juga akan mengembangkan potensi di sektor pertanian. Dengan demikian, lanjut dia, sektor non formal pun mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.
“Peluang kerja di Garut relatif sedikit. Sektor yang sangat besar potensinya di sini adalah pertanian. Karena Garut merupakan daerah agraris, tentu akan mampu digunakan untuk memecahkan masalah pengangguran bila ini sektor pertanian dikembangkan,” tandasnya.
Kepala Bidang Transmigrasi dan Penempatan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Kabupaten Garut Amir Sudrajat memperkirakan, jumlah penganggur yang sebenarnya bisa melebihi data yang ada.
Pasalnya, kata Amir, angka tersebut hanya dapat terlihat dari jumlah kartu kuning yang dikeluarkan pihaknya bagi para pelamar yang akan mencari kerja.
“Sampai sekarang belum ada yang mengembalikan kartu kuning. Sesuai aturan, kartu tersebut wajib dikembalikan sebagai bahan laporan. Apakah oleh pelamar atau perusahaan tempat ia melamar pekerjaan,” kata Amir kemarin.
Kondisi di lapangan terkait jumlah penganggur dimungkinkan bisa lebih banyak. Menurut dia, tidak semua orang yang ingin mencari pekerjaan memiliki kesempatan untuk membuat kartu kuning ke dinas.
“Contohnya, kondisi ini bisa terjadi bagi para penganggur yang berdomisili di kawasan pelosok daerah. Selain itu, faktor pendidikan yang dialami para pencari kerja di Garut pun ikut memengaruhi. Pendidikan seseorang secara tidak langsung ditentukan pula oleh penghasilan. Sebagian besar, penghasilan warga Garut adalah petani, nelayan, atau buruh. Makanya, tidak heran bila masih ada warga yang pendidikannya hanya cukup hingga SD atau tingkat SMP saja. Jadi, kita tidak dapat memastikan jumlah yang sebenarnya berapa,” ujarnya.
Pada 2011 sebelumnya, data makro Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut mencatat jumlah penganggur mencapai sebanyak 100.000 orang. Para penganggur ini terbagi ke dalam dua golongan, yaitu penganggur usia 10 hingga 14 tahun, dan penganggur usia 15 tahun ke atas.
Bupati Garut Aceng HM Fikri menilai, tingginya jumlah penganggur ini disebabkan oleh karena Garut bukan sebagai daerah industri melainkan daerah agraris.
Selain itu, kata dia, meningkatnya jumlah penganggur merupakan hasil dari tidak sebandingnya laju pertumbuhan penduduk dengan lahan pekerjaan yang tersedia.
“Setiap tahun, di semua daerah pertambahan lulusan sekolah pasti ada. Termasuk di Garut. Namun, peluang pekerjaan yang relatif sedikit mau tidak mau membuat penganggur semakin bertambah di sini,” katanya.
Diakui Aceng, para penganggur di Kabupaten Garut sebagian besarnya tidak memiliki keahlian khusus. Bila pun mereka bekerja di kawasan perkotaan atau luar negeri, penghasilannya tetap tidak bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
“Saya sudah mencari solusi atas masalah ini. Bagaimana caranya para penganggur bisa terserap oleh lowongan pekerjaan. Tentu saja kuncinya adalah mereka mesti memiliki keahlian khusus. Makanya, kita berencana akan ada desa yang dibina secara khusus dalam sebuah latihan kerja. Kita juga sudah menjalin kesepakatan dengan badan penyalur penempatan tenaga kerja,” paparnya.
Aceng memastikan, pihaknya juga akan mengembangkan potensi di sektor pertanian. Dengan demikian, lanjut dia, sektor non formal pun mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.
“Peluang kerja di Garut relatif sedikit. Sektor yang sangat besar potensinya di sini adalah pertanian. Karena Garut merupakan daerah agraris, tentu akan mampu digunakan untuk memecahkan masalah pengangguran bila ini sektor pertanian dikembangkan,” tandasnya.
(gpr)