Nestle laporkan pertumbuhan lambat dalam 3 tahun
A
A
A
Sindonews.com - Nestle SA, perusahaan makanan terbesar di dunia, melaporkan pertumbuhan penjualan paling lambat dalam tiga tahun terakhir. Hasil ini sebagai dampak dari melemahnya konsumsi di Eropa dan pertumbuhan pendapatan lambat di Asia.
Perusahaan berbasis di Swiss, Vevey mengatakan, pendapatan Nestle naik 5,9 persen tidak termasuk akuisisi, pelepasan dan perubahan mata uang. Hasil itu kurang dari perkiraan para analis yang rata-rata 6 persen. Tercatat, pertumbuhan di wilayah Asia, Oceania dan Afrika 8,4 persen, melambat dari kecepatan 12 persen pada 2011.
"Jika Anda melihat pertumbuhan organik di berbagai divisi, tampaknya agak lembut khususnya di kawasan Oseania, Asia, Afrika," kata Richard Withagen, seorang analis dari SNS Securities di Amsterdam, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (14/2/2013).
Chief Executive Officer (CEO) Nestle, Paul Bulcke mengemukakan, perusahaan yakin mencapai tujuan tahun ini, meskipun banyak tantangan yang menghambat. Tahun lalu, laba bersih perusahaan naik 12 persen menjadi Rp 10,6 miliar franc (USD12 miliar), lebih dari perkiraan rata-rata 10,4 miliar franc.
Pendapatan Nestle dari bisnis Eropa meningkat 1,8 persen secara organik, didorong permintaan kopi Nescafe Dolce Gusto dan produk bumbu masak Maggi. Sementara pendapatan dari pasar negara berkembang meningkat 11 persen dan mencapai 43 persen dari total penjualan. Nestle sendiri memiliki tujuan proporsi mencapai 45 persen pada 2020.
Perusahaan berbasis di Swiss, Vevey mengatakan, pendapatan Nestle naik 5,9 persen tidak termasuk akuisisi, pelepasan dan perubahan mata uang. Hasil itu kurang dari perkiraan para analis yang rata-rata 6 persen. Tercatat, pertumbuhan di wilayah Asia, Oceania dan Afrika 8,4 persen, melambat dari kecepatan 12 persen pada 2011.
"Jika Anda melihat pertumbuhan organik di berbagai divisi, tampaknya agak lembut khususnya di kawasan Oseania, Asia, Afrika," kata Richard Withagen, seorang analis dari SNS Securities di Amsterdam, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (14/2/2013).
Chief Executive Officer (CEO) Nestle, Paul Bulcke mengemukakan, perusahaan yakin mencapai tujuan tahun ini, meskipun banyak tantangan yang menghambat. Tahun lalu, laba bersih perusahaan naik 12 persen menjadi Rp 10,6 miliar franc (USD12 miliar), lebih dari perkiraan rata-rata 10,4 miliar franc.
Pendapatan Nestle dari bisnis Eropa meningkat 1,8 persen secara organik, didorong permintaan kopi Nescafe Dolce Gusto dan produk bumbu masak Maggi. Sementara pendapatan dari pasar negara berkembang meningkat 11 persen dan mencapai 43 persen dari total penjualan. Nestle sendiri memiliki tujuan proporsi mencapai 45 persen pada 2020.
(dmd)