Terpilih atau tidaknya Mari Elka di WTO tak pengaruhi RI
A
A
A
Sindonews.com - Ekonom Faisal Basri berpendapat, seandainya Mari Elka Pangestu terpilih sebagai Direktur Jenderal World Trade Organisation (WTO), tak akan ada pengaruhnya untuk Indonesia.
Seperti diketahui, Mari Elka Pangestu yang pernah menjadi Menteri Perdagangan dan kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif masuk menjadi salah satu dari sembilan calon Dirjen WTO.
"Positif apa enggak? Jadi Bu Mari itu (kalau terpilih) sudah milik WTO, bukan wakil Indonesia kan? Jadi enggak ada efeknya," tegas Faisal ketika ditemui di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).
Menurut Faisal, ruang gerak Mari Elka amat sempit bila nantinya menjadi Dirjen WTO, ia akan terikat oleh peraturan-peraturan yang ada di WTO. Artinya, mau tak mau Mari Elka akan menjadi agen perdagangan bebas dunia yang selama ini lebih berpihak pada negara-negara maju dan tidak mengubah apapun, kepentingan Indonesia tetap kurang terakomodasi di WTO.
"Jadi Bu Mari (kalau terpilih) milik WTO, bekerja sama dengan konstitusi WTO. Enggak bisa dia bela-belain Indonesia, sudah enggak ngurusin Indonesia lagi," imbuhnya.
Satu-satunya keuntungan yang didapat, lanjut alumni Universitas Brawijaya ini, ialah nama Indonesia akan lebih berkibar di dunia internasional bila Mari Elka terpilih menjadi Dirjen WTO. "(Cuma) namanya Mari Elka Pangestu dari Indonesia ya barangkali," pungkas Faisal.
Bertentangan dengan Faisal, sebelumnya Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengaku bangga dengan pencalonan Mari Elka Pangestu untuk menjadi Dirjen WTO.
"Ya jelas dong kita bangga banget, masak ada orang yang kita kenal jadi Dirjen WTO, bangga dong," ucap Bayu beberapa waktu lalu.
Bila Mari Elka Pangestu terpilih menjadi Dirjen WTO, tambah Bayu, kepentingan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya bisa lebih terakomodasi.
"Dengan Bu Mari ada disana kita jauh lebih bisa memperjuangkan dan mengemukakan kepentingan kita, dan bukan hanya sekedar kepentingan Indonesia, tapi juga kepentingan negara Asia yang sudah naik kelas dari negara yang tadinya kategori developing sekarang sudah jadi negara middle class," ungkapnya.
Seperti diketahui, Mari Elka Pangestu yang pernah menjadi Menteri Perdagangan dan kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif masuk menjadi salah satu dari sembilan calon Dirjen WTO.
"Positif apa enggak? Jadi Bu Mari itu (kalau terpilih) sudah milik WTO, bukan wakil Indonesia kan? Jadi enggak ada efeknya," tegas Faisal ketika ditemui di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).
Menurut Faisal, ruang gerak Mari Elka amat sempit bila nantinya menjadi Dirjen WTO, ia akan terikat oleh peraturan-peraturan yang ada di WTO. Artinya, mau tak mau Mari Elka akan menjadi agen perdagangan bebas dunia yang selama ini lebih berpihak pada negara-negara maju dan tidak mengubah apapun, kepentingan Indonesia tetap kurang terakomodasi di WTO.
"Jadi Bu Mari (kalau terpilih) milik WTO, bekerja sama dengan konstitusi WTO. Enggak bisa dia bela-belain Indonesia, sudah enggak ngurusin Indonesia lagi," imbuhnya.
Satu-satunya keuntungan yang didapat, lanjut alumni Universitas Brawijaya ini, ialah nama Indonesia akan lebih berkibar di dunia internasional bila Mari Elka terpilih menjadi Dirjen WTO. "(Cuma) namanya Mari Elka Pangestu dari Indonesia ya barangkali," pungkas Faisal.
Bertentangan dengan Faisal, sebelumnya Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengaku bangga dengan pencalonan Mari Elka Pangestu untuk menjadi Dirjen WTO.
"Ya jelas dong kita bangga banget, masak ada orang yang kita kenal jadi Dirjen WTO, bangga dong," ucap Bayu beberapa waktu lalu.
Bila Mari Elka Pangestu terpilih menjadi Dirjen WTO, tambah Bayu, kepentingan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya bisa lebih terakomodasi.
"Dengan Bu Mari ada disana kita jauh lebih bisa memperjuangkan dan mengemukakan kepentingan kita, dan bukan hanya sekedar kepentingan Indonesia, tapi juga kepentingan negara Asia yang sudah naik kelas dari negara yang tadinya kategori developing sekarang sudah jadi negara middle class," ungkapnya.
(rna)