WIKA raih kontrak Rp1,7 triliun
A
A
A
Sindonews.com - Emiten konstruksi milik pemerintah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berhasil meraih kontrak proyek pengerjaan perluasan gedung terminal III ultimate Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Perseroan menguasai porsi kontrak sebanyak Rp1,7 triliun atau sekitar 37 persen dari total nilai kontrak Rp4,7 triliun.
Corporate Secretary WIKA, Natal Argawan Pardede mengatakan, pengerjaan proyek bandara tersebut akan dilakukan konsorsium Kawahapejaya Indonesia. Konsorsium tersebut terdiri atas PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Hyundai Engineering Co. Ltd, PT Pembangunan Perumahan Tbk, PT Jaya Teknik Indonesia, dan PT Indulexco.
"Perseroan menjadi lead atau menguasai porsi terbesar," ujar Natal saat dihubungi di Jakarta, Selasa (26/2/2013).
Menurutnya, proses tender dilakukan sejak akhir tahun lalu. Proyek tersebut ditargetkan selesai dua tahun kedepan, atau selama 850 hari. Penetapan pemenang tender ini setelah mengukur evaluasi administrasi, teknis, harga, kualifikasi, dan verifikasi yang dilakukan PT Angkasa Pura II. Tender ini, konsorsium Kawahapejaya Indonesia menyisihkan pesaingnya Adhi-Daya JO. "Nilai proyek ini berkontribusi 10 persen dari target total kontrak tahun ini," ujarnya.
Perluasan gedung terminal 3 dilakukan untuk meningkatkan pelayanan penumpang. Saat ini, kapasitas daya tampung bandara mencapai 22 juta penumpang per tahun. Padahal, pada 2011, Bandara Soekarno-Hatta tercatat telah melayani 51,5 juta penumpang.
Atas perluasan tersebut, kapasitas terminal dapat menjadi 25 juta penumpang dari sebelumnya empat juta penumpang. Proyek ini akan berlangsung selama 850 hari, dihitung sejak tanggal penandatanganan perjanjian kontrak."Proyek ini meliputi detail engineering design dan pelaksanaan konstruksi pada gedung terminal utama, jalan, dan lahan parkir," katanya.
Sebelumnya, emiten berkode WIKA ini menargetkan total kontrak yang dicapai tahun ini sebesar Rp38,87 triliun atau naik 21,15 persen dibandingkan dengan target perseroan tahun lalu.
Target total kontrak tersebut termasuk kontrak pengalihan (carry over) dari tahun lalu Rp18,12 triliun. Natal menambahkan komposisi kontrak baru pada 2013 masih akan didominasi dari induk usaha yakni sekitar 70 persen, sisanya disumbang dari anak-anak usaha perseroan.
Seiring dengan proyeksi tersebut, WIKA menargetkan laba kotor Rp1,51 triliun, naik 26,23 persen dari target perseroan tahun lalu Rp1,19 triliun. Sementara, perseroan juga menargetkan laba bersih 2013 tumbuh 28,88 persen, dari Rp430,68 miliar menjadi Rp555,06 miliar.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, WIKA membukukan pendapatan usaha sebesar Rp6,37 triliun atau naik 17,03 persen dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp5,44 triliun.
Pendapatan tersebut antara lain disumbang dari jasa konstruksi, mekanikal elektrikal, produk beton, produk realty, manufaktur, dan perdagangan. Peningkatan pendapatan usaha tersebut mendorong laba bersih perseroan naik 33,24 persen, menjadi Rp514,07 miliar, dari Rp385,81 miliar.
Adapun porsi bisnis mekanikal elektrikal menjadi penyumbang kedua terbesar, atau 35,95 persen dari total pendapatan usaha. Bisnis mekanikal elektrikal tumbuh 18,65 persen, menjadi Rp2,29 triliun dari Rp1,93 triliun.
Corporate Secretary WIKA, Natal Argawan Pardede mengatakan, pengerjaan proyek bandara tersebut akan dilakukan konsorsium Kawahapejaya Indonesia. Konsorsium tersebut terdiri atas PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Hyundai Engineering Co. Ltd, PT Pembangunan Perumahan Tbk, PT Jaya Teknik Indonesia, dan PT Indulexco.
"Perseroan menjadi lead atau menguasai porsi terbesar," ujar Natal saat dihubungi di Jakarta, Selasa (26/2/2013).
Menurutnya, proses tender dilakukan sejak akhir tahun lalu. Proyek tersebut ditargetkan selesai dua tahun kedepan, atau selama 850 hari. Penetapan pemenang tender ini setelah mengukur evaluasi administrasi, teknis, harga, kualifikasi, dan verifikasi yang dilakukan PT Angkasa Pura II. Tender ini, konsorsium Kawahapejaya Indonesia menyisihkan pesaingnya Adhi-Daya JO. "Nilai proyek ini berkontribusi 10 persen dari target total kontrak tahun ini," ujarnya.
Perluasan gedung terminal 3 dilakukan untuk meningkatkan pelayanan penumpang. Saat ini, kapasitas daya tampung bandara mencapai 22 juta penumpang per tahun. Padahal, pada 2011, Bandara Soekarno-Hatta tercatat telah melayani 51,5 juta penumpang.
Atas perluasan tersebut, kapasitas terminal dapat menjadi 25 juta penumpang dari sebelumnya empat juta penumpang. Proyek ini akan berlangsung selama 850 hari, dihitung sejak tanggal penandatanganan perjanjian kontrak."Proyek ini meliputi detail engineering design dan pelaksanaan konstruksi pada gedung terminal utama, jalan, dan lahan parkir," katanya.
Sebelumnya, emiten berkode WIKA ini menargetkan total kontrak yang dicapai tahun ini sebesar Rp38,87 triliun atau naik 21,15 persen dibandingkan dengan target perseroan tahun lalu.
Target total kontrak tersebut termasuk kontrak pengalihan (carry over) dari tahun lalu Rp18,12 triliun. Natal menambahkan komposisi kontrak baru pada 2013 masih akan didominasi dari induk usaha yakni sekitar 70 persen, sisanya disumbang dari anak-anak usaha perseroan.
Seiring dengan proyeksi tersebut, WIKA menargetkan laba kotor Rp1,51 triliun, naik 26,23 persen dari target perseroan tahun lalu Rp1,19 triliun. Sementara, perseroan juga menargetkan laba bersih 2013 tumbuh 28,88 persen, dari Rp430,68 miliar menjadi Rp555,06 miliar.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, WIKA membukukan pendapatan usaha sebesar Rp6,37 triliun atau naik 17,03 persen dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp5,44 triliun.
Pendapatan tersebut antara lain disumbang dari jasa konstruksi, mekanikal elektrikal, produk beton, produk realty, manufaktur, dan perdagangan. Peningkatan pendapatan usaha tersebut mendorong laba bersih perseroan naik 33,24 persen, menjadi Rp514,07 miliar, dari Rp385,81 miliar.
Adapun porsi bisnis mekanikal elektrikal menjadi penyumbang kedua terbesar, atau 35,95 persen dari total pendapatan usaha. Bisnis mekanikal elektrikal tumbuh 18,65 persen, menjadi Rp2,29 triliun dari Rp1,93 triliun.
(izz)