DIY salurkan bansos untuk kelompok jamu gendong
A
A
A
Sindonews.com - Penjaja jamu gendong di DIY akan dapatkan bantuan sosial berupa insentif penguatan modal. Tahun ini ditargetkan ada 50 kelompok penjaja jamu gendong yang akan mendapatkan bantuan tersebut.
Ketua Komisi B DPRD DIY Gatot Setyo Susilo mengatakan, rencananya setiap kelompok penjual jamu gendong tersebut akan mendapatkan stimulan sebesar Rp2,5 juta. “Setiap kelompoknya biasanya berisi antara 10-15 orang penjual. Rencananya untuk tahap pertama ini jumlah bantuan yang disalurkan untuk 50 kelompok,” tuturnya di DIY, Senin (4/3/2013).
Penerima bantuan menurutnya, disesuaikan dengan hasil pengecekan proposal oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) selaku satu kerja yang menjadi leading sector penyaluran bansos jamu gendong. Sementara untuk jumlah bantuan di setiap kabupaten dan kota, disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing daerah.
Disebutkan oleh politikus Partai Demokrat tersebut, bansos jamu gendong merupakan bagian dari upaya untuk menjaga warisan budaya. Keberadaan jamu gendong saat ini dinilai memiliki pasar tersendiri dengan potensi terus meningkat. Peningkatan tersebut mempertimbangkan tren masyarakat yang mulai memilih untuk menghindari obat-obat kimia.
Masyarakat saat ini banyak yang mulai beralih untuk mengkonsumsi obat herbal. Jamu sebagai sebuah produk kesehatan lokal selain bersifat herbal juga memiliki fungsi preventif pencegahan. “Makin banyak yang beli. Karena jamu ini kan lebih bersifat preventif (mencegah) ya,” tambahnya.
Sementara itu, mempertimbangkan banyaknya kelompok penjual jamu gendong, Gatot menyebutkan usaha tersebut banyak dikembangkan dalam kelompok-kelompok kecil masyarakat. Dengan demikian, dipastikan jumlah kelompok penjaja jamu gendong di DIY jumlahnya bisa mencapai ratusan.
Dengan kondisi tersebut, karena keterbatasan anggaran yang ada, bantuan hibah yang diberikan akan diberikan secara bergilir. Hal tersebut sesuai dengan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Disperindagkop. “Nanti tahun depan akan berganti kelompok yang dapat,” tandasnya.
Banyaknya kelompok penjual jamu gendong tersebut terdeteksi dari ratusan proposal permohonan bantuan yang masuk ke Disperindagkop. “Jumlah proposal yang masuk ratusan. Proposal ini bagian dari komitmen, dan akan segera kita tindaklanjuti dengan cek lapangan,” tandas Kepala Disperidagkop DIY, Riyadi Ida Bagus.
Bantuan penguatan modal, menurut Riyadi, menjadi salah satu tindaklanjut kegiatan pendampingan kepada kelompok usaha jamu. Kegiatan pendampingan terakhir yang dilakukan diberikan kepada kelompok usaha jamu di Dusun Legundi Gunungkidul pada akhir 2012 lalu.
Pendampingan tersebut lebih diarahkan pada upaya menjaga kualitas jamu dari sisi fungsinya sebagai salah satu produk herbal kesehatan. Termasuk di antaranya menguatkan kesadaran untuk menjaga higienisitas proses produksi jamu. “Karena menjaga kualitas sama dengan menjaga pasar,” pungkasnya.
Ketua Komisi B DPRD DIY Gatot Setyo Susilo mengatakan, rencananya setiap kelompok penjual jamu gendong tersebut akan mendapatkan stimulan sebesar Rp2,5 juta. “Setiap kelompoknya biasanya berisi antara 10-15 orang penjual. Rencananya untuk tahap pertama ini jumlah bantuan yang disalurkan untuk 50 kelompok,” tuturnya di DIY, Senin (4/3/2013).
Penerima bantuan menurutnya, disesuaikan dengan hasil pengecekan proposal oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) selaku satu kerja yang menjadi leading sector penyaluran bansos jamu gendong. Sementara untuk jumlah bantuan di setiap kabupaten dan kota, disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing daerah.
Disebutkan oleh politikus Partai Demokrat tersebut, bansos jamu gendong merupakan bagian dari upaya untuk menjaga warisan budaya. Keberadaan jamu gendong saat ini dinilai memiliki pasar tersendiri dengan potensi terus meningkat. Peningkatan tersebut mempertimbangkan tren masyarakat yang mulai memilih untuk menghindari obat-obat kimia.
Masyarakat saat ini banyak yang mulai beralih untuk mengkonsumsi obat herbal. Jamu sebagai sebuah produk kesehatan lokal selain bersifat herbal juga memiliki fungsi preventif pencegahan. “Makin banyak yang beli. Karena jamu ini kan lebih bersifat preventif (mencegah) ya,” tambahnya.
Sementara itu, mempertimbangkan banyaknya kelompok penjual jamu gendong, Gatot menyebutkan usaha tersebut banyak dikembangkan dalam kelompok-kelompok kecil masyarakat. Dengan demikian, dipastikan jumlah kelompok penjaja jamu gendong di DIY jumlahnya bisa mencapai ratusan.
Dengan kondisi tersebut, karena keterbatasan anggaran yang ada, bantuan hibah yang diberikan akan diberikan secara bergilir. Hal tersebut sesuai dengan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Disperindagkop. “Nanti tahun depan akan berganti kelompok yang dapat,” tandasnya.
Banyaknya kelompok penjual jamu gendong tersebut terdeteksi dari ratusan proposal permohonan bantuan yang masuk ke Disperindagkop. “Jumlah proposal yang masuk ratusan. Proposal ini bagian dari komitmen, dan akan segera kita tindaklanjuti dengan cek lapangan,” tandas Kepala Disperidagkop DIY, Riyadi Ida Bagus.
Bantuan penguatan modal, menurut Riyadi, menjadi salah satu tindaklanjut kegiatan pendampingan kepada kelompok usaha jamu. Kegiatan pendampingan terakhir yang dilakukan diberikan kepada kelompok usaha jamu di Dusun Legundi Gunungkidul pada akhir 2012 lalu.
Pendampingan tersebut lebih diarahkan pada upaya menjaga kualitas jamu dari sisi fungsinya sebagai salah satu produk herbal kesehatan. Termasuk di antaranya menguatkan kesadaran untuk menjaga higienisitas proses produksi jamu. “Karena menjaga kualitas sama dengan menjaga pasar,” pungkasnya.
(gpr)