SKK Migas akan tuntaskan pengeboran 2012
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini mengatakan, tahun ini pihaknya akan fokus menyelesaiakan pengeboran minyak yang sempat tertunda pada 2012. Upaya tersebut untuk mengurangi kendala non teknis sehingga realisasi kegiatan pengeboran dapat dioptimalkan.
"Fokus SKK Migas pada pengeboran, untuk menggenjot sisa 46 persen kegiatan pengeboran pengembangan yang tidak bisa dilaksanakan di 2012. Tahun lalu, proses pengeboran hanya mencapai 54 persen akibat tidak tersedianya rig," jelas Rudi pada penutupan Forum Pengadaan Barang dan Jasa Migas di Grand Hyatt, Jalan Sumatera, Kota Bandung, Jumat (8/3/2013).
Percepatan proses pengeboran, lanjut dia, untuk peningkatan produksi serta peningkatan jumlah cadangan minyak nasional. Tak terkecuali mendukung kegiatan enhanced oil recovery (EOR) dan pengembangan gas metana batu bara (Coal Bed Methane/CBM).
Ketika disinggung terjadinya defisit neraca perdagangan, Rudi menegaskan, defisit neraca perdagangan migas bukan karena penurunan industri hulu migas. Menurut dia, pada 2012, industri hulu migas menyumbang Rp360 triliun kepada negara. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya.
“Defisit terjadi karena belanja di sektor hilir, yaitu impor bahan bakar untuk subsidi terlalu besar. Defisit bisa disebabkan oleh volume impor yang terlalu besar atau harga yang mesti disubsidi terlalu banyak,” pungkas dia.
"Fokus SKK Migas pada pengeboran, untuk menggenjot sisa 46 persen kegiatan pengeboran pengembangan yang tidak bisa dilaksanakan di 2012. Tahun lalu, proses pengeboran hanya mencapai 54 persen akibat tidak tersedianya rig," jelas Rudi pada penutupan Forum Pengadaan Barang dan Jasa Migas di Grand Hyatt, Jalan Sumatera, Kota Bandung, Jumat (8/3/2013).
Percepatan proses pengeboran, lanjut dia, untuk peningkatan produksi serta peningkatan jumlah cadangan minyak nasional. Tak terkecuali mendukung kegiatan enhanced oil recovery (EOR) dan pengembangan gas metana batu bara (Coal Bed Methane/CBM).
Ketika disinggung terjadinya defisit neraca perdagangan, Rudi menegaskan, defisit neraca perdagangan migas bukan karena penurunan industri hulu migas. Menurut dia, pada 2012, industri hulu migas menyumbang Rp360 triliun kepada negara. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya.
“Defisit terjadi karena belanja di sektor hilir, yaitu impor bahan bakar untuk subsidi terlalu besar. Defisit bisa disebabkan oleh volume impor yang terlalu besar atau harga yang mesti disubsidi terlalu banyak,” pungkas dia.
(gpr)