Inflasi DIY tak akan terpengeruh harga bawang putih
A
A
A
Sindonews.com - Kenaikan harga bawang putih yang melonjak hingga dua kali lipat, diyakini tidak akan banyak berpengaruh terhadap nilai inflasi di Kota Yogyakarta. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY optimis inflasi justru akan turun. Menyusul harga beras, telur ayam dan emas yang turun.
Ketua Tim Teknis TPID DIY Djoko Raharto mengatakan, kenaikan harga bawang putih secara logika akan mempengaruhi tingkat inflasi. Namun bobot dan pengaruh ini masih cukup minim, dan kalah dengan bobot yang disumbangkan harga beras yang turun akibat masa panen yang telah tiba.
Selain itu, telur ayam dan harga emas dunia juga terus turun. Ketiga komoditas ini akan memberikan pengaruh lebih dominan dibanding kenaikan harga bawang putih yang mencapai Rp60.000/kilogramnya.
“Pengaruh ada, tetapi bobotnya minim. Ini akan kalah dengan beras, emas atau telur yang harganya turun,” jelas Djoko di Yogyakarta, Rabu (13/3/2013).
Pengaruh bawang ini, kata Djoko, diyakini akan dibawah pengaruh daging sapi dan telur yang juga sempat melonjak beberapa waktu lalu. Mungkin akan berbeda jika yang naik merupakan beras yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. “Prediksi kita hanya 0,5 persen, dan dibawah inflasi Februari lalu,” tuturnya.
Kenaikan harga bawang putih ini, diyakini tidak akan bertahan lama. Beberapa hari lalu, Menteri Pertanian sudah membuka keran impor. Nantinya akan ada sekitar 64 ribu ton bawang yang akan didatangkan.
Artinya, butuh waktu sekitar sepekan, untuk bisa terdistribusi di pasar tradisional. Jika stok melimpah, pasti harganya akan turun dan kembali normal. Sedangkan bawang dalam negeri hanya sekitar 10 persen saja. “Bawang mahal ini karena keran impor ditutup, kalau ini dibuka pasti akan kembali ke harga normal,” jelasnya.
Ketua Tim Teknis TPID DIY Djoko Raharto mengatakan, kenaikan harga bawang putih secara logika akan mempengaruhi tingkat inflasi. Namun bobot dan pengaruh ini masih cukup minim, dan kalah dengan bobot yang disumbangkan harga beras yang turun akibat masa panen yang telah tiba.
Selain itu, telur ayam dan harga emas dunia juga terus turun. Ketiga komoditas ini akan memberikan pengaruh lebih dominan dibanding kenaikan harga bawang putih yang mencapai Rp60.000/kilogramnya.
“Pengaruh ada, tetapi bobotnya minim. Ini akan kalah dengan beras, emas atau telur yang harganya turun,” jelas Djoko di Yogyakarta, Rabu (13/3/2013).
Pengaruh bawang ini, kata Djoko, diyakini akan dibawah pengaruh daging sapi dan telur yang juga sempat melonjak beberapa waktu lalu. Mungkin akan berbeda jika yang naik merupakan beras yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. “Prediksi kita hanya 0,5 persen, dan dibawah inflasi Februari lalu,” tuturnya.
Kenaikan harga bawang putih ini, diyakini tidak akan bertahan lama. Beberapa hari lalu, Menteri Pertanian sudah membuka keran impor. Nantinya akan ada sekitar 64 ribu ton bawang yang akan didatangkan.
Artinya, butuh waktu sekitar sepekan, untuk bisa terdistribusi di pasar tradisional. Jika stok melimpah, pasti harganya akan turun dan kembali normal. Sedangkan bawang dalam negeri hanya sekitar 10 persen saja. “Bawang mahal ini karena keran impor ditutup, kalau ini dibuka pasti akan kembali ke harga normal,” jelasnya.
(gpr)