DPR minta kenaikan harga elpiji 12 kg ditunda 2014
A
A
A
Sindonews.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menilai tahun ini bukan waktu yang tepat bagi PT Pertamina (Persero) untuk menaikkan harga elpiji 12 kg.
Pasalnya, kenaikan elpiji 12 kg akan memicu inflasi yang sudah mencapai 1,8 persen pada awal tahun ini. Selain itu, masyarakat sudah dibebani dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL).
"Jangan tahun ini, karena tahun ini kita sudah menaikkan TDL. Kalau disikat lagi kenaikan elpiji 12 kg, itu bisa memicu tambahan angka inflasi di atas 1 persen," kata Anggota Komisi VII DPR, Bobby Rizaldi saat diwawancara Sindonews di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (13/3/2013).
Menurut Bobby, kenaikan harga elpiji 12 kg akan membuat kondisi perekonomian Indonesia secara makro menjadi kurang baik. Karena itu, sebaiknya kenaikan harga elpiji 12 kg ditunda dulu hingga 2014.
"Tambahan angka inflasi di atas 1 persen itu tidak sehat untuk agregat kondisi kita secara makro. Jadi kita minta jangan sekarang," tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina tetap menghormati keputusan pemerintah yang melarang harga elpiji 12 kg dinaikan pada Maret 2013, karena situasi perekonomian yang masih kurang mendukung. Namun, Pertamina tidak membatalkan rencana kenaikan harga elpiji 12 kg, hanya menundanya hingga momentum yang tepat.
"Kita memahami konsen pemerintah, kata Pak (Menko Perekonomian) Hatta (Rajasa) ini timing-nya kurang tepat, kita sedang mengevaluasi timing yang tepat. Kita akan evaluasi," kata VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir pekan lalu.
Menurut Ali, bagaimanapun harga elpiji 12 kg harus naik. Pasalnya, elpiji 12 kg bukan barang subsidi. Jika harganya tidak dinaikkan, Pertamina akan terus merugi. Pada 2012 lalu Pertamina merugi USD541 juta atau sekitar Rp5 triliun.
Seperti diketahui, inflasi pada Januari 2013 mencapai 1,03 persen dan 0,75 persen pada Februari. Artinya, perekonomian Indonesia telah mengalami inflasi sebesar 1,78 persen hanya dalam dua bulan. Padahal, pemerintah menargetkan inflasi 2013 hanya 4,9 persen. Pada 2012 lalu, inflasi hanya sebesar 4,3 persen.
Pasalnya, kenaikan elpiji 12 kg akan memicu inflasi yang sudah mencapai 1,8 persen pada awal tahun ini. Selain itu, masyarakat sudah dibebani dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL).
"Jangan tahun ini, karena tahun ini kita sudah menaikkan TDL. Kalau disikat lagi kenaikan elpiji 12 kg, itu bisa memicu tambahan angka inflasi di atas 1 persen," kata Anggota Komisi VII DPR, Bobby Rizaldi saat diwawancara Sindonews di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (13/3/2013).
Menurut Bobby, kenaikan harga elpiji 12 kg akan membuat kondisi perekonomian Indonesia secara makro menjadi kurang baik. Karena itu, sebaiknya kenaikan harga elpiji 12 kg ditunda dulu hingga 2014.
"Tambahan angka inflasi di atas 1 persen itu tidak sehat untuk agregat kondisi kita secara makro. Jadi kita minta jangan sekarang," tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina tetap menghormati keputusan pemerintah yang melarang harga elpiji 12 kg dinaikan pada Maret 2013, karena situasi perekonomian yang masih kurang mendukung. Namun, Pertamina tidak membatalkan rencana kenaikan harga elpiji 12 kg, hanya menundanya hingga momentum yang tepat.
"Kita memahami konsen pemerintah, kata Pak (Menko Perekonomian) Hatta (Rajasa) ini timing-nya kurang tepat, kita sedang mengevaluasi timing yang tepat. Kita akan evaluasi," kata VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir pekan lalu.
Menurut Ali, bagaimanapun harga elpiji 12 kg harus naik. Pasalnya, elpiji 12 kg bukan barang subsidi. Jika harganya tidak dinaikkan, Pertamina akan terus merugi. Pada 2012 lalu Pertamina merugi USD541 juta atau sekitar Rp5 triliun.
Seperti diketahui, inflasi pada Januari 2013 mencapai 1,03 persen dan 0,75 persen pada Februari. Artinya, perekonomian Indonesia telah mengalami inflasi sebesar 1,78 persen hanya dalam dua bulan. Padahal, pemerintah menargetkan inflasi 2013 hanya 4,9 persen. Pada 2012 lalu, inflasi hanya sebesar 4,3 persen.
(izz)