PetroChina laporkan penurunan laba bersih 13%
A
A
A
Sindonews.com - PetroChina melaporkan penurunan laba bersih sebesar 13,3 persen, meskipun produksi meningkat akibat perlambatan laju pertumbuhan ekonomi China.
Perusahaan minyak terbesar di China itu mencatat keuntungan sebesar 115,33 miliar yuan (USD18,56), lebih rendah dari 2011 sebesar 132,96 miliar yuan. Sementara pendapatan naik 9,6 persen menjadi 2,2 triliun pada 2012. PetroChina juga melaporkan kenaikan produksi minyak dan gas alam sebesar 4,5 persen dibandingkan 2011.
"Dalam menghadapi lingkungan ekonomi yang rumit dan keras, baik di dalam negeri maupun luar negeri pada 2012, perusahaan berusaha keras mengubah langkah pembangunan dengan fokus pada kualitas dan efisiensi pertumbuhan," kata PetroChina dalam sebuah pernyataannya, seperti dilansir dari Global Post, Kamis (21/3/2013).
Keuntungan perusahaan berkurang juga disebabkan "regulasi makro dan kontrol" dari harga minyak sulingan dalam negeri lebih rendah dari penjualan gas alam impor.
Pemimpin China telah memotong harga produk minyak sulingan Mei dan Juni lalu sejalan dengan melemahnya harga minyak mentah internasional, meremas margin keuntungan dari kilang dalam negeri.
Perekonomian China berkembang 7,8 persen pada 2012, kinerja terburuk dalam 13 tahun karena pelemahan di sektor dalam negeri dan luar negeri, setelah sempat mengalami rekor pertumbuhan 9,3 persen pada 2011 dan 10,4 persen 2010.
Perusahaan minyak terbesar di China itu mencatat keuntungan sebesar 115,33 miliar yuan (USD18,56), lebih rendah dari 2011 sebesar 132,96 miliar yuan. Sementara pendapatan naik 9,6 persen menjadi 2,2 triliun pada 2012. PetroChina juga melaporkan kenaikan produksi minyak dan gas alam sebesar 4,5 persen dibandingkan 2011.
"Dalam menghadapi lingkungan ekonomi yang rumit dan keras, baik di dalam negeri maupun luar negeri pada 2012, perusahaan berusaha keras mengubah langkah pembangunan dengan fokus pada kualitas dan efisiensi pertumbuhan," kata PetroChina dalam sebuah pernyataannya, seperti dilansir dari Global Post, Kamis (21/3/2013).
Keuntungan perusahaan berkurang juga disebabkan "regulasi makro dan kontrol" dari harga minyak sulingan dalam negeri lebih rendah dari penjualan gas alam impor.
Pemimpin China telah memotong harga produk minyak sulingan Mei dan Juni lalu sejalan dengan melemahnya harga minyak mentah internasional, meremas margin keuntungan dari kilang dalam negeri.
Perekonomian China berkembang 7,8 persen pada 2012, kinerja terburuk dalam 13 tahun karena pelemahan di sektor dalam negeri dan luar negeri, setelah sempat mengalami rekor pertumbuhan 9,3 persen pada 2011 dan 10,4 persen 2010.
(dmd)