Minyak di Asia turun dipicu polemik bailout bank Siprus

Selasa, 26 Maret 2013 - 11:17 WIB
Minyak di Asia turun...
Minyak di Asia turun dipicu polemik bailout bank Siprus
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini turun, setelah komentar pejabat utama zona euro memicu kekhawatiran, bahwa kesepakatan bailout Siprus akan menjadi preseden buruk bagi bank lain dalam menyelamatkan wilayah bermasalah.

Dilansir Global Post, Selasa (26/3/2013), kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei turun sembilan sen menjadi USD94,72 per barel. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei turun 13 sen menjadi USD108,04, pada pertengahan perdagangan pagi.

Jeroen Dijsselbloem, yang mengepalai menteri keuangan Eurogroup mengatakan, dalam sebuah wawancara, bahwa biaya rekapitalisasi bank tidak harus jatuh pada sektor publik tetapi pada pemegang obligasi, pemegang saham, dan jika perlu, pemegang deposito yang diasuransikan.

Komentar yang disampaikan kepada Financial Times itu, secara luas ditafsirkan sebagai sinyal bailout Siprus akan menjadi template untuk menangani bank-bank rapuh dalam krisis zona euro, mengirimkan pasar global jatuh tajam.

Dijsselbloem kemudian merilis sebuah pernyataan melalui Twitter dengan mengatakan, Siprus adalah kasus "khusus".

"Nasabah bertanya-tanya apakah bailout Siprus menetapkan contoh bagi negara-negara Eropa lainnya untuk diikuti. Kepanikan pasar mengakibatkan harga minyak berbalik lebih rendah," kata Ker Chung Yang, analis investasi senior dari Phillip Futures, Singapura.

Seperti diketahui, Uni Eropa (UE) dan Dana Moneter Internasional (IMF) mencapai kesepakatan pada menit-menit terakhir dengan Siprus untuk paket penyelamatan guna mendapatkan bailout 10 miliar euro.

Perjanjian tersebut memutuskan menutup pemberi pinjaman terbesar kedua, Laiki (Popular Bank), dan deposito di atas 100.000 euro (USD130.000) di Bank of Cyprus, pemberi pinjaman utama pulau itu yang akan melakukan "haircut" pada tabungan.

"Siprus telah menyentuh saraf banyak orang. Saya kira pertanyaannya adalah siapa berikutnya, dan apa tekanan seperti kesepakatan memiliki kemampuan Siprus keluar dari masalah-masalah mereka," kata Jonathan Barratt, CEO Barrat's Bulletin di Sydney.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5847 seconds (0.1#10.140)