Tiga sahabat bersatu bangun Beezy Kaffee

Minggu, 31 Maret 2013 - 14:03 WIB
Tiga sahabat bersatu bangun Beezy Kaffee
Tiga sahabat bersatu bangun Beezy Kaffee
A A A
BERAWAL dari kegemaran menyambangi tempat makan baru yang memiliki dekorasi menarik dan nyaman, ketiga pemuda ini memberanikan diri membuka kafe dengan konsep coffee shop dan restoran dalam satu tempat.

Yudho C Utomo, Teguh R Santhosa, dan Amril Ardi merupakan teman kental sejak bangku sekolah menengah pertama (SMP). Meskipun sempat terpisah karena kuliah di kota yang berbeda, ketiga sahabat ini selalu menyempatkan diri bertemu. Dengan hobi yang sama di bidang wisata kuliner, ketiganya lantas mencoba membuka usaha restoran.

Amril yang mewakili ketiganya menjelaskan bahwa konsep restoran yang ada saat ini sangat banyak dan beraneka ragam. Oleh sebab itu, mereka lama berdiskusi mengenai konsep restoran yang akan mereka ciptakan.

Sejak ide itu muncul pada akhir 2011, resto and coffee shop yang kemudian diberi nama Beezy Kaffee ini baru terlaksana pembangunannya pada pertengahan tahun lalu.

“Akhir tahun 2011 kita bertiga baru menemukan tempat yang cocok untuk membangun usaha ini, awalnya masih bingung antara tempat nge-beer, apa resto, atau kafe. Setelah memantapkan tekad, niat dan keyakinan, akhirnya pada awal 2012 konsep membuat coffee shop and resto, di coffee shop makanannya biasa saja, sedangkan di resto, coffee-nya biasa saja, kita mau dua-duanya enak,” kata Amril saat ditemui SINDO di Restoran Beezy Kaffee, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lajang kelahiran Jakarta, 2 November 1987 ini menjelaskan, setelah menentukan konsep restoran dan juga memilih lokasi yang strategis di bilangan Jalan Wijaya I No 11A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ketiganya kemudian mulai mencari peralatan pembuat kopi. Untuk menambah wawasan di bidang kuliner, mereka bahkan sempat mencoba trainingmulai teori hingga praktik tentang pembuatan kopi.

“Kita soft opening di bulan November dan akhirnya baru media greetings pas tanggal 18 Januari 2013 kemarin, dengan tujuan selamatan kafe baru lah kasarnya, belum buat acara grand opening yang resmi, karena sebetulnya kita mau tumbuh secara organik,” ujar Amril.
Beezy Kaffee yang buka setiap hari mulai pukul 10 pagi sampai 10 malam (Senin- Kamis) dan hingga jam 12 malam pada akhir pekan ini telah memiliki 10 orang karyawan. Di antaranya empat karyawan di bagian dapur, dua di bar, dan empat pelayan. Investasi yang dikeluarkan ketiganya memang tidak terbilang kecil.

Mesin pembuat kopi, misalnya, harus diimpor dengan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). “Sampai saat ini memang over budgetdari modal awal yang sudah diperhitungkan karena beberapa penambahan dari segi fisik dan kelengkapan seperti penambahan beberapa ornamen kafe. Modalnya sebagian uang tabungan dan sebagian pinjam bank,” lanjut Amril tanpa mau menyebutkan modal awal usahanya.

Lokasi di selatan Jakarta yang strategis dan dekat pusat hiburan, seperti Kemang dan SCBD (Sudirman Central Business District), membuat Beezy Kaffee menjadi pilihan para pelanggan yang terdiri atas para pegawaidan mahasiswa yang mencari tempat makan sekaligus tempat nongkrong yang nyaman.

Menurut Amril, wilayah SCBD dan Kemang memang memiliki konsep serupa yang ditawarkan Beezy Kaffee. Namun karena akses menuju kedua lokasi tersebut kerap macet, dia berharap konsumen lebih memilih menuju wilayah baru yang lebih mudah aksesnya.

“Target pangsa pasar yang kami bidik yaitu mulai dari fresh graduate sampai young executive, namun tidak menutup kemungkinan untuk menarik konsumen dari kalangan anak kuliahan hingga pelajar di bangku sekolah menengah atas (SMA) karena lokasi kami yang strategis,” imbuhnya.

Nama Beezy Kaffee dipilih karena filosofi lebah yang merupakan pekerja keras, loyal dengan ratunya, dan memiliki kerja sama yang bagus. Yang paling penting adalah lebah menghasilkan madu yang manis dan bermanfaat untuk dikonsumsi manusia. Dengan filosofi tersebut, ketiga sahabat ini berharap bisa memperoleh hasil yang baik dari usaha yang dikembangkan tersebut. Mereka optimis dapat balik modal dalam tempo 3,5 tahun sejak dibuka.

Dia menyatakan, rata-rata pendapatan yang diperoleh usahanya mencapai Rp8 juta tiap pekan atau Rp32 juta per bulan. Dia mengaku, suka duka berbisnis dengan sahabat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dibandingkan dengan rekan bisnis yang baru dikenal. Tetapi dengan memiliki konsep dan tujuan yang sejalan, tantangan tersebut berhasil dijalankan ketiganya.

“Bisnis yang dijalani atas dasar persahabatan itu susah-susah gampang, harus saling melengkapi kekurangan dan kelebihan antara satu sama lainnya. Bisnis ini dikepalai tiga orang, jadi tiga pemikiran dan cara pandang dijadikan satu. Walau tidak bisa disatukan coba dicari benang merahnya,” tutup Amril.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3918 seconds (0.1#10.140)