Produksi RFID tahun ini, INTI gandeng perusahaan China
A
A
A
Sindonews.com - Setelah memenangkan tender pengadaan radio frequency identification (RFID) untuk monitoring dan pengendalian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari PT Pertamina, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) menyatakan akan segera merealisasikannya sesuai dengan spesifikasi dan jadwal yang sudah ditentukan.
"Rencananya, INTI akan memasang perangkat RFID yang berbentuk cincin pada sekitar 100 juta unit kendaraan meliputi 11 juta mobil, 80 juta sepeda motor, 3 juta bus dan 6 juta truk di seluruh Indonesia," kata Direktur Utama INTI, Tikno Sutisna di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (9/4/2013).
Tikno menerangkan, penerapan RFID akan dilakukan secara bertahap. "Yang pertama adalah monitoring. Kami patok harga pada fase monitoring sebesar Rp17,58 rupiah per liter. Sedangkan untuk fase pengendalian dari PT INTI adalah sebesar Rp591 miliar. Kalau yang pengendalian investasinya itu dilakukan one time (satu kali saat investasi awal)," terangnya.
Untuk penyedian teknologinya, perseroan akan mendatangkannya langsung dengan menggandeng pabrikan-pabrikan asal China. Namun demikian, dia enggan menyebutkan merek dari peralatan yang diproduksi pabrikan asal China tersebut.
"Tidak ada mereknya, pabriknya ada di China. Kebutuhan tahun ini agak berat untuk mengembangkan sendiri. Jadi untuk tahap pertama ini, kami bawa dari pabrikan di China. Datang sesuai jadawal kita dengan Pertamina. Bulan Juli harus sudah mulai online," tandasnya.
Direktur Pemasaran INTI, Adiaris menerangkan, penerapan RFID tersebut memungkinkan otomasi transaksi BBM yang akan membantu sistem distribusi dan pengawasan konsumsi BBM dilakukan secara transparan kepada masyarakat.
"Jadi kalau sudah masuk fase pengendalian, nanti alat yang dipasang di kepala selang BBM (nozzle) akan membaca RFID yang berisi informasi perihal data kendaraan. Jadi, nanti BBM yang keluar hanya akan keluar sesuai kuota kendaraan itu saja, sehingga lebih mudah mengontrol distribusi BBM bersubsidi kendaraan bermotor," tegasnya.
Adapun kontrak INTI dengan Pertamina untuk pengadaan RFID selama lima tahun. Untuk tahun ini, INTI akan mengimpor teknologinya dari China. Sedangkan pada tahun depan, perseroan akan mulai memproduksi alat tersebut di perusahaan lokal.
Jumlah RFID yang dipasok tahun ini mencapai 100 unit, namun akan meningkat sekitar 10 persen per tahunnya hingga berakhir masa kontrak.
"Rencananya, INTI akan memasang perangkat RFID yang berbentuk cincin pada sekitar 100 juta unit kendaraan meliputi 11 juta mobil, 80 juta sepeda motor, 3 juta bus dan 6 juta truk di seluruh Indonesia," kata Direktur Utama INTI, Tikno Sutisna di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (9/4/2013).
Tikno menerangkan, penerapan RFID akan dilakukan secara bertahap. "Yang pertama adalah monitoring. Kami patok harga pada fase monitoring sebesar Rp17,58 rupiah per liter. Sedangkan untuk fase pengendalian dari PT INTI adalah sebesar Rp591 miliar. Kalau yang pengendalian investasinya itu dilakukan one time (satu kali saat investasi awal)," terangnya.
Untuk penyedian teknologinya, perseroan akan mendatangkannya langsung dengan menggandeng pabrikan-pabrikan asal China. Namun demikian, dia enggan menyebutkan merek dari peralatan yang diproduksi pabrikan asal China tersebut.
"Tidak ada mereknya, pabriknya ada di China. Kebutuhan tahun ini agak berat untuk mengembangkan sendiri. Jadi untuk tahap pertama ini, kami bawa dari pabrikan di China. Datang sesuai jadawal kita dengan Pertamina. Bulan Juli harus sudah mulai online," tandasnya.
Direktur Pemasaran INTI, Adiaris menerangkan, penerapan RFID tersebut memungkinkan otomasi transaksi BBM yang akan membantu sistem distribusi dan pengawasan konsumsi BBM dilakukan secara transparan kepada masyarakat.
"Jadi kalau sudah masuk fase pengendalian, nanti alat yang dipasang di kepala selang BBM (nozzle) akan membaca RFID yang berisi informasi perihal data kendaraan. Jadi, nanti BBM yang keluar hanya akan keluar sesuai kuota kendaraan itu saja, sehingga lebih mudah mengontrol distribusi BBM bersubsidi kendaraan bermotor," tegasnya.
Adapun kontrak INTI dengan Pertamina untuk pengadaan RFID selama lima tahun. Untuk tahun ini, INTI akan mengimpor teknologinya dari China. Sedangkan pada tahun depan, perseroan akan mulai memproduksi alat tersebut di perusahaan lokal.
Jumlah RFID yang dipasok tahun ini mencapai 100 unit, namun akan meningkat sekitar 10 persen per tahunnya hingga berakhir masa kontrak.
(rna)