Triwulan I/2013, rupiah masih mengalami tekanan depresiasi
A
A
A
Sindonews.com - Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan depresiasi pada triwulan I/2013, meskipun lebih moderat sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk.
Hal ini sebagai hasil dari kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental, baik melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas.
"Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,7 persen (qtq) mencapai Rp9.680 per dolar AS dengan volatilitas pada triwulan I/2013 yang masih terjaga. Ke depan, dengan mempertimbangkan kondisi NPI pada triwulan II/2013, tekanan depresiasi nilai tukar rupiah diprakirakan juga akan moderat," jelas Gubernur BI, Darmin Nasution di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Darmin menjelaskan, gejolak harga bahan pangan mendorong tingginya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret 2013. Inflasi IHK Maret 2013 mencapai 0,63 persen (mtm) atau 5,90 persen (yoy) di atas rata-rata historisnya.
Inflasi kelompok volatile foods tercatat sangat tinggi yaitu 2,44 persen (mtm) atau 14,20 persen (yoy), khususnya pada komoditas bawang putih, bawang merah dan cabai akibat gangguan pasokan terkait dengan kebijakan impor yang diterapkan oleh pemerintah.
Di sisi lain, inflasi inti masih stabil sebesar 4,21 persen (yoy) sejalan dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang masih terjaga dan kapasitas produksi yang masih memadai.
"Ke depan, tekanan inflasi diharapkan mereda seiring dengan langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi gangguan pasokan bahan pangan dan datangnya musim panen. Langkah-langkah koordinasi melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) diperkuat untuk pengendalian inflasi baik di pusat maupun daerah," paparnya.
Hal ini sebagai hasil dari kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental, baik melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas.
"Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,7 persen (qtq) mencapai Rp9.680 per dolar AS dengan volatilitas pada triwulan I/2013 yang masih terjaga. Ke depan, dengan mempertimbangkan kondisi NPI pada triwulan II/2013, tekanan depresiasi nilai tukar rupiah diprakirakan juga akan moderat," jelas Gubernur BI, Darmin Nasution di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Darmin menjelaskan, gejolak harga bahan pangan mendorong tingginya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret 2013. Inflasi IHK Maret 2013 mencapai 0,63 persen (mtm) atau 5,90 persen (yoy) di atas rata-rata historisnya.
Inflasi kelompok volatile foods tercatat sangat tinggi yaitu 2,44 persen (mtm) atau 14,20 persen (yoy), khususnya pada komoditas bawang putih, bawang merah dan cabai akibat gangguan pasokan terkait dengan kebijakan impor yang diterapkan oleh pemerintah.
Di sisi lain, inflasi inti masih stabil sebesar 4,21 persen (yoy) sejalan dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang masih terjaga dan kapasitas produksi yang masih memadai.
"Ke depan, tekanan inflasi diharapkan mereda seiring dengan langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi gangguan pasokan bahan pangan dan datangnya musim panen. Langkah-langkah koordinasi melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) diperkuat untuk pengendalian inflasi baik di pusat maupun daerah," paparnya.
(gpr)