Kembangkan CBD, Jababeka siap berinvestasi Rp9 T
A
A
A
Sindonews.com - PT Jababeka Tbk (KIJA) menargetkan investasi mencapai Rp9 triliun untuk mengembangkan central business district (CBD) di lahan seluas lebih dari 30 hektar (ha). Anak usaha perseroan PT Graha Buana Cikarang akan membangun lahan existing Jababeka yang sebelumnya diperuntukkan bagi kawasan industri.
Presiden Komisioner Graha Buana Cikarang Tanto Kurniawan mengatakan pembangunan seluruhnya akan dilakukan dalam tiga tahap. Di tahap pertama perseroan akan mengembangkan lahan sekitar 16 ha dengan nilai investasi sekitar Rp4,5 triliun dalam waktu 12 tahun.
Perseroan sedang melakukan studi desain terhadap kawasan tersebut hingga kuartal pertama tahun depan. Hal ini membuat konstruksi ditargetkan akan dimulai semester dua tahun depan.
“Pengembangan CBD Jababeka ini akan dilakukan selama 20 tahun dalam dua sampai tiga tahap,” ujar Tanto saat dihubungi di Jakarta, Minggu (14/4/2013).
Perseroan nantinya akan mengandalkan sumber pembiayaan dari kas internal dan hasil penjualan. Namun walaupun begitu, opsi untuk penerbitan obligasi sedang dipertimbangkan. Hal ini karena perseroan akan menghindari sumber pembiayaan dari perbankan.
"Kami akan meningkatkan nilai pendapatan berulang (recurring income) di tahun ini sebagai sumber dana," ujarnya.
Dia mengatakan, proyek ini bagian dari perencanaan ulang pengembangan kawasan Jababeka sebagai kawasan industri dan residensial. Hal ini membuat perseroan juga mengembangkan proyek residensial dengan konsep high rise building demi efisiensi lahan. Namun nantinya bangunan lainnya juga akan menyusul seperti hotel, mall, RS, dan perkantoran.
Pembangunan kawasan industri dinilai kurang efektif karena membutuhkan lahan minimal 10 ha. Dengan pembangunan vertikal ini, perseroan menargetkan rasio luas bangunan bisa mencapai tujuh kali luas lahan.
"Proyek pertama akan dimulai dengan apartemen. Nantinya akan menjadi mix use karena banyak bangunan tinggi lainnya," ujarnya.
Tanto juga mengatakan segmentasi Jababeka saat ini secara keseluruhan masih membidik kelompok masyarakat menengah atas. CBD ini juga diperkirakan akan dibangun untuk melengkapi kebutuhan tersebut.
Sebagai kota mandiri Jababeka sudah mempunyai berbagai fasilitas yang menunjang berbagai kegiatan mulai dari pendidikan, kesehatan, pekerjaan untuk industri, termasuk juga kegiatan pemerintahan.
“Bisnis prekantoran berupa kawasan CBD juga diperlukan untuk menunjang fungsi Jababeka sebagai kota mandiri,” jelasnya.
Dia juga mengaku optismitis dengan minat investor untuk proyek residensial tersebut. Hal ini karena akses tol di Km 34,7 yang sudah dibuka untuk mencapai lokasi CBD tersebut. Akses tol ini diprediksi akan membuat harga lahan meningkat di atas 30 persen. Saat ini harga lahan di kawasan tersebut sudah mencapai Rp6 juta/m2. Sedangkan di kawasan Serpong, Tanggerang, harga lahan sudah mencapai Rp15 juta/m2.
Bahkan dia juga mengatakan dua akses tol juga akan ditambah, yaitu di Km 25 untuk menuju proyek dryport (pelabuhan kering). Satu lagi di Km 31 untuk akses ke kawasan industri Jababeka. "Harga lahan saat proyek selesai bisa di atas Rp10 juta dengan adanya akses tol banyak," ujarnya.
Presiden Komisioner Graha Buana Cikarang Tanto Kurniawan mengatakan pembangunan seluruhnya akan dilakukan dalam tiga tahap. Di tahap pertama perseroan akan mengembangkan lahan sekitar 16 ha dengan nilai investasi sekitar Rp4,5 triliun dalam waktu 12 tahun.
Perseroan sedang melakukan studi desain terhadap kawasan tersebut hingga kuartal pertama tahun depan. Hal ini membuat konstruksi ditargetkan akan dimulai semester dua tahun depan.
“Pengembangan CBD Jababeka ini akan dilakukan selama 20 tahun dalam dua sampai tiga tahap,” ujar Tanto saat dihubungi di Jakarta, Minggu (14/4/2013).
Perseroan nantinya akan mengandalkan sumber pembiayaan dari kas internal dan hasil penjualan. Namun walaupun begitu, opsi untuk penerbitan obligasi sedang dipertimbangkan. Hal ini karena perseroan akan menghindari sumber pembiayaan dari perbankan.
"Kami akan meningkatkan nilai pendapatan berulang (recurring income) di tahun ini sebagai sumber dana," ujarnya.
Dia mengatakan, proyek ini bagian dari perencanaan ulang pengembangan kawasan Jababeka sebagai kawasan industri dan residensial. Hal ini membuat perseroan juga mengembangkan proyek residensial dengan konsep high rise building demi efisiensi lahan. Namun nantinya bangunan lainnya juga akan menyusul seperti hotel, mall, RS, dan perkantoran.
Pembangunan kawasan industri dinilai kurang efektif karena membutuhkan lahan minimal 10 ha. Dengan pembangunan vertikal ini, perseroan menargetkan rasio luas bangunan bisa mencapai tujuh kali luas lahan.
"Proyek pertama akan dimulai dengan apartemen. Nantinya akan menjadi mix use karena banyak bangunan tinggi lainnya," ujarnya.
Tanto juga mengatakan segmentasi Jababeka saat ini secara keseluruhan masih membidik kelompok masyarakat menengah atas. CBD ini juga diperkirakan akan dibangun untuk melengkapi kebutuhan tersebut.
Sebagai kota mandiri Jababeka sudah mempunyai berbagai fasilitas yang menunjang berbagai kegiatan mulai dari pendidikan, kesehatan, pekerjaan untuk industri, termasuk juga kegiatan pemerintahan.
“Bisnis prekantoran berupa kawasan CBD juga diperlukan untuk menunjang fungsi Jababeka sebagai kota mandiri,” jelasnya.
Dia juga mengaku optismitis dengan minat investor untuk proyek residensial tersebut. Hal ini karena akses tol di Km 34,7 yang sudah dibuka untuk mencapai lokasi CBD tersebut. Akses tol ini diprediksi akan membuat harga lahan meningkat di atas 30 persen. Saat ini harga lahan di kawasan tersebut sudah mencapai Rp6 juta/m2. Sedangkan di kawasan Serpong, Tanggerang, harga lahan sudah mencapai Rp15 juta/m2.
Bahkan dia juga mengatakan dua akses tol juga akan ditambah, yaitu di Km 25 untuk menuju proyek dryport (pelabuhan kering). Satu lagi di Km 31 untuk akses ke kawasan industri Jababeka. "Harga lahan saat proyek selesai bisa di atas Rp10 juta dengan adanya akses tol banyak," ujarnya.
(gpr)