Chatib: Bisa beli motor, tandanya masyarakat mampu
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan M. Chatib Basri menilai, dalam tingkatan paling bawah, masyarakat hanya memikirkan harga bahan pangan dibandingkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
"Kalau orang berpendapatan sangat rendah tidak akan mampu beli motor. Porsi pengeluaran besar dirinya bukan konsumsi BBM tapi makanan, itupun kalau cukup. Sangat logis kita memikirkan kebutuhan pokok yaitu pemenuhan harga pangan terlebih dahulu," ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Senin (27/5/2013) malam.
Chatib juga menyebut ketika masyarakat sudah dapat memikirkan konsumsi BBM, yang 92 persennya motor dan mobil, itu tandanya sudah dapat dikategorikan ke dalam menengah ke atas. Dia juga menyebut ada 8 persen kelompok pengguna transportasi umum yang harus dilindungi.
"Saya kira dari pola konsumsi 92 persen pengguna BBM motor mobil, 8 persennya itu angkutan umum. Karena itu kelompok yang menikmati non food itu masuk ke dalam menegah atas. Yang berpengaruh itu justru pengguna angkutan umum yang 8 persen," pungkasnya.
Sebelumnya, anggota Komisi XI Dolfie OFP mengatakan, distribusi BBM subsidi selama ini tidak tepat sasaran dan menaikkan harga BBM hanya akan membuat pengguna motor yang jumlahnya 80 persen dari seluruh kendaraan rentan dirugikan.
"Dari data kepolisian jumlah kendaraan sebanyak 60 juta, 20 persen roda empat, 80 persen roda dua. Bagaimana tidak tepat sasaran. Yang naik motor itu kebanyakan menengah ke bawah, tetapi volume penggunaan BBM mobil itu sekitar 60 persen dan 40 persennya motor," pungkasnya.
"Kalau orang berpendapatan sangat rendah tidak akan mampu beli motor. Porsi pengeluaran besar dirinya bukan konsumsi BBM tapi makanan, itupun kalau cukup. Sangat logis kita memikirkan kebutuhan pokok yaitu pemenuhan harga pangan terlebih dahulu," ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Senin (27/5/2013) malam.
Chatib juga menyebut ketika masyarakat sudah dapat memikirkan konsumsi BBM, yang 92 persennya motor dan mobil, itu tandanya sudah dapat dikategorikan ke dalam menengah ke atas. Dia juga menyebut ada 8 persen kelompok pengguna transportasi umum yang harus dilindungi.
"Saya kira dari pola konsumsi 92 persen pengguna BBM motor mobil, 8 persennya itu angkutan umum. Karena itu kelompok yang menikmati non food itu masuk ke dalam menegah atas. Yang berpengaruh itu justru pengguna angkutan umum yang 8 persen," pungkasnya.
Sebelumnya, anggota Komisi XI Dolfie OFP mengatakan, distribusi BBM subsidi selama ini tidak tepat sasaran dan menaikkan harga BBM hanya akan membuat pengguna motor yang jumlahnya 80 persen dari seluruh kendaraan rentan dirugikan.
"Dari data kepolisian jumlah kendaraan sebanyak 60 juta, 20 persen roda empat, 80 persen roda dua. Bagaimana tidak tepat sasaran. Yang naik motor itu kebanyakan menengah ke bawah, tetapi volume penggunaan BBM mobil itu sekitar 60 persen dan 40 persennya motor," pungkasnya.
(gpr)