IHSG diproyeksi dalam tren melemah
A
A
A
Sindonews.com - Analis Riset PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, mengatakan bahwa negatifnya sentimen yang berhembus akan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap pada tren pelemahannya.
"Hari ini, kami proyeksikan IHSG masih akan bergerak dalam tren melemah, meski tekanan jual kami proyeksikan mulai mereda. Minimnya sentimen positif juga membuat IHSG masih sulit mengalami rally besar. Kisaran support-resistance 4.907-5.025," terang Purwoko, Selasa (4/6/2013).
Dia menyebutkan, IHSG kemarin ditutup anjlok didorong oleh aksi jual dari investor asing yang tercatat cukup signifikan. Aksi jual asing ini merupakan kesembilan hari berturut-turut.
Meski Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan deflasi, akan tetapi pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian akan masalah kebijakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, juga menimbulkan spekulasi kemungkinan dinaikkannya suku bunga sebagai salah satu langkah untuk memperkuat nilai tukar rupiah.
Dari luar negeri, data consumer confidence Amerika Serikat (AS) dan PMI Chicago yang di atas ekspektasi, justru membuka kekhawatiran akan mendorong The Fed untuk mengurangi stimulus.
"Data Manufaktur China periode Mei yang di atas ekspektasi juga gagal memberikan sentimen positif bagi indeks. Dalam tiga hari perdagangan terakhir tercatat IHSG mengalami penurunan sekitar 4,4 persen," tutur dia.
"Hari ini, kami proyeksikan IHSG masih akan bergerak dalam tren melemah, meski tekanan jual kami proyeksikan mulai mereda. Minimnya sentimen positif juga membuat IHSG masih sulit mengalami rally besar. Kisaran support-resistance 4.907-5.025," terang Purwoko, Selasa (4/6/2013).
Dia menyebutkan, IHSG kemarin ditutup anjlok didorong oleh aksi jual dari investor asing yang tercatat cukup signifikan. Aksi jual asing ini merupakan kesembilan hari berturut-turut.
Meski Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan deflasi, akan tetapi pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian akan masalah kebijakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, juga menimbulkan spekulasi kemungkinan dinaikkannya suku bunga sebagai salah satu langkah untuk memperkuat nilai tukar rupiah.
Dari luar negeri, data consumer confidence Amerika Serikat (AS) dan PMI Chicago yang di atas ekspektasi, justru membuka kekhawatiran akan mendorong The Fed untuk mengurangi stimulus.
"Data Manufaktur China periode Mei yang di atas ekspektasi juga gagal memberikan sentimen positif bagi indeks. Dalam tiga hari perdagangan terakhir tercatat IHSG mengalami penurunan sekitar 4,4 persen," tutur dia.
(rna)