Jelang Ramadhan, harga daging di Sulsel naik
A
A
A
Sindonews.com - Harga daging sapi kembali melonjak di sejumlah pasar tradisional di Sulawesi Selatan (Sulsel). Diperkirakan harga tersebut akan terus melonjak mendekati Ramadhan dan Lebaran.
Kasi Pelayanan Usaha, H Andi Panggeleng mengatakan, fluktuasi kenaikan ini merupakan siklus tahunan. Kenaikan harga karena faktor permintaan yang naik dan diyakini akan normal setelah lebaran.
"Memang ada kencederungan permintaan 10-20 persen dari kebutuhan normal mengingat budaya masyarakat muslim yang lebih memilih konsumsi daging saat puasa dan lebaran. Puncak kenaikan harga jelang lebaran. Biasanya ayam buras yang paling naik sampai 100 persen," ungkapnya, Rabu (5/6/2013).
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional, rata-rata terjadi kenaikan harga daging naik. Misalnya di pasar Pa"baeng-baeng, harga daging sudah naik sekitar 15 persen dari Rp65 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp75 ribu per kg. Sementara di Pasar Daya, menjadi Rp67 per kg dari sebelumnya Rp65 ribu per kg.
Sementara, untuk daging ayam potong di Pasar Daya naik dari Rp18 ribu per kg menjadi Rp19 ribu per kg. Di pasar Pa"baeng-baeng naik dari Rp17 ribu per kg menjadi Rp19 ribu per kg. Untuk ayam buras antara Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per ekor tergantung besarannya.
Panggeleng menuturkan, berdasarkan data Disnak Sulsel, diketahui untuk kebutuhan daging sapi bagi warga kota Makassar dan sekitarnya, Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangngapa rata-rata memotong 45 ekor sapi per hari. Sementara menjelang Idul Fitri, RPH akan memotong dua kali lipat atau sekitar 100 ekor per hari.
Menurutnya, untuk pemenuhan kebutuhan daging ayam khususnya ayam potong atau ayam ras, dalam kondisi normal dipotong 80 ribu ekor per hari namun menghadapi Ramadhan dan jelang Lebaran disiapkan 200 ribu ekor ayam per hari.
Karena itu, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lonjakan yang terlalu tinggi, Disnak terus menjalin koordinasi dengan sentra-sentra penghasil sapi seperti Wajo, Bone, Sinjai, Bulukumba, Maros, dan Barru, untuk menjamin tidak terjadinya kelanggkaan daging di kota Makassar dan kabupaten/kota lainnya di Sulsel.
Masyarakat pun diimbau untuk membeli seperlunya saja sesuai kebutuhan, sebab Sulsel merupakan salah satu sentra sapi di Indonesia yang tidak hanya sanggup memenuhi kuota provinsi tetapi juga membantu pemenuhan daging di Provinsi lainnya.
Adapun jumlah populasi sapi Sulsel per Desember 2012, lanjut dia, sebanyak 1,122 juta ekor. Sebanyak 3.738 diantaranya dikirim ke Kaltim, Sulbar, dan Sulut. Sementara populasi ayam ras mencapai 18,497 juta, ayam ras petelur 6,754 juta, dan ayam buras 17,833 juta. Sementara yang dikirim sebanyak 428.425 ekor ayam ras untuk Balikpapan, Manado, Jakarta, Lampung, dan Ambon.
"Yang jelas masyarakat jangan takut daging akan langka atau susah dicari. Kita sudah surplus. Kalau kuota impor daging juga dibatasi juga tidak berpengaruh dengan stok di dalam provinsi," tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi E DPRD Sulsel, Sanusi Karateng juga mengimbau agar masyarakat mengonsumsi sesuai kebutuhan saja dan tidak berlebihan. "Dalam agama pun kita dilarang berlebihan. Jadi beli saja sesuai kebutuhan," katanya.
Kasi Pelayanan Usaha, H Andi Panggeleng mengatakan, fluktuasi kenaikan ini merupakan siklus tahunan. Kenaikan harga karena faktor permintaan yang naik dan diyakini akan normal setelah lebaran.
"Memang ada kencederungan permintaan 10-20 persen dari kebutuhan normal mengingat budaya masyarakat muslim yang lebih memilih konsumsi daging saat puasa dan lebaran. Puncak kenaikan harga jelang lebaran. Biasanya ayam buras yang paling naik sampai 100 persen," ungkapnya, Rabu (5/6/2013).
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional, rata-rata terjadi kenaikan harga daging naik. Misalnya di pasar Pa"baeng-baeng, harga daging sudah naik sekitar 15 persen dari Rp65 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp75 ribu per kg. Sementara di Pasar Daya, menjadi Rp67 per kg dari sebelumnya Rp65 ribu per kg.
Sementara, untuk daging ayam potong di Pasar Daya naik dari Rp18 ribu per kg menjadi Rp19 ribu per kg. Di pasar Pa"baeng-baeng naik dari Rp17 ribu per kg menjadi Rp19 ribu per kg. Untuk ayam buras antara Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per ekor tergantung besarannya.
Panggeleng menuturkan, berdasarkan data Disnak Sulsel, diketahui untuk kebutuhan daging sapi bagi warga kota Makassar dan sekitarnya, Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangngapa rata-rata memotong 45 ekor sapi per hari. Sementara menjelang Idul Fitri, RPH akan memotong dua kali lipat atau sekitar 100 ekor per hari.
Menurutnya, untuk pemenuhan kebutuhan daging ayam khususnya ayam potong atau ayam ras, dalam kondisi normal dipotong 80 ribu ekor per hari namun menghadapi Ramadhan dan jelang Lebaran disiapkan 200 ribu ekor ayam per hari.
Karena itu, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lonjakan yang terlalu tinggi, Disnak terus menjalin koordinasi dengan sentra-sentra penghasil sapi seperti Wajo, Bone, Sinjai, Bulukumba, Maros, dan Barru, untuk menjamin tidak terjadinya kelanggkaan daging di kota Makassar dan kabupaten/kota lainnya di Sulsel.
Masyarakat pun diimbau untuk membeli seperlunya saja sesuai kebutuhan, sebab Sulsel merupakan salah satu sentra sapi di Indonesia yang tidak hanya sanggup memenuhi kuota provinsi tetapi juga membantu pemenuhan daging di Provinsi lainnya.
Adapun jumlah populasi sapi Sulsel per Desember 2012, lanjut dia, sebanyak 1,122 juta ekor. Sebanyak 3.738 diantaranya dikirim ke Kaltim, Sulbar, dan Sulut. Sementara populasi ayam ras mencapai 18,497 juta, ayam ras petelur 6,754 juta, dan ayam buras 17,833 juta. Sementara yang dikirim sebanyak 428.425 ekor ayam ras untuk Balikpapan, Manado, Jakarta, Lampung, dan Ambon.
"Yang jelas masyarakat jangan takut daging akan langka atau susah dicari. Kita sudah surplus. Kalau kuota impor daging juga dibatasi juga tidak berpengaruh dengan stok di dalam provinsi," tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi E DPRD Sulsel, Sanusi Karateng juga mengimbau agar masyarakat mengonsumsi sesuai kebutuhan saja dan tidak berlebihan. "Dalam agama pun kita dilarang berlebihan. Jadi beli saja sesuai kebutuhan," katanya.
(izz)