Perajin batik Pekalongan bakal terpuruk kenaikan BBM
A
A
A
Sindonews.com - Naiknya bahan bakar minyak (BBM) sangat berdampak pada industri usaha kecil dan menengah (IKM). Sektor usaha kecil mendapat pukulan berat dengan naiknya kebutuhan utama mereka ini.
Kalangan perajinan batik di Pekalongan, Jawa Tengah menjadi sektor usaha yang merasakan dampak langsung kenaikan BBM. Dengan adanya kenaikan bahan bakar minyak, biaya produksi pada industri batik mencapai sekira 20-30 persen.
Kenaikan tersebut diperparah dengan harga-harga bahan baku yang akan naik juga, antara lain kain, benang dan malam atau lilin untuk membatik, serta pewarna batik.
Perajin batik, Haris Riadi menyebutkan, kenaikan BBM sangat memberatkan bagi perajin kecil seperti dirinya. Industri batik menerima multiplayer efek akibat naiknya sejumlah kebutuhan lain sebagai dampak kenaikan BBM tersebut.
“Naiknya BBM membuat perajin batik sangat berat, semua bahan baku menjadi naik dan sisi lain perajin batik tidak bisa menaikkan harga, karena ketatnya persaingan usaha di bidang ini,“ jelasnya, Rabu (19/6/2013).
Disebutkan , bahan kebutuhan pembatik yang naik adalah kain mori dari semula Rp10 ribu per yard saat ini sudah menyentuh Rp11.500 per yard, kain katun jenis primis dari sekitar Rp11 ribu saat ini sudah Rp12.500 per yard. Kenaikan tertinggi adalah kain sutra dari semula harga Rp80 ribu, saat ini menyentuh Rp90 ribu per yard.
Kebutuhan lainnya adalah malam atau lilin untuk membatik dari semula Rp20 ribu per kg saat ini sudah Rp22.500 ribu per kg, pewarna naik dari harga Rp13 ribu per ons, saat ini menjadi Rp15.500 per ons. Kenaikan itu harus ditambah lagi dengan biaya kirim barang dari paket yang biasanya Rp25 ribu per kg saat ini menjadi Rp33 ribu per kg, belum lagi minyak tanah yang harganya makin tak terjangkau Rp12.500 per liternya.
Beban para pembatik semakin berat dengan upah buruh juga praktis akan naik dari sekitar Rp16 ribu menjadi Rp22 ribu per hari. Sedang untuk pembatik cap dari Rp40 ribu per hari naik menjadi Rp45 ribu per hari.
Biaya itu masih harus ditambah lagi, adanya kenaikan harga bahan pangan, sebagai dampak berantai dari kenaikan BBM. Masyarakat juga terkena dampak, pengeluaran mereka naik, sementara penghasilan tetap atau bahkan turun.
Kenaikan BBM sangat menyengsarakan dan para perajin ini, bahkan mereka bisa bangkrut karena kesulitan biaya produksi. Padahal, usaha sektor ini menyerap puluhan ribu tenaga kerja di Pekalongan.
Kalangan perajinan batik di Pekalongan, Jawa Tengah menjadi sektor usaha yang merasakan dampak langsung kenaikan BBM. Dengan adanya kenaikan bahan bakar minyak, biaya produksi pada industri batik mencapai sekira 20-30 persen.
Kenaikan tersebut diperparah dengan harga-harga bahan baku yang akan naik juga, antara lain kain, benang dan malam atau lilin untuk membatik, serta pewarna batik.
Perajin batik, Haris Riadi menyebutkan, kenaikan BBM sangat memberatkan bagi perajin kecil seperti dirinya. Industri batik menerima multiplayer efek akibat naiknya sejumlah kebutuhan lain sebagai dampak kenaikan BBM tersebut.
“Naiknya BBM membuat perajin batik sangat berat, semua bahan baku menjadi naik dan sisi lain perajin batik tidak bisa menaikkan harga, karena ketatnya persaingan usaha di bidang ini,“ jelasnya, Rabu (19/6/2013).
Disebutkan , bahan kebutuhan pembatik yang naik adalah kain mori dari semula Rp10 ribu per yard saat ini sudah menyentuh Rp11.500 per yard, kain katun jenis primis dari sekitar Rp11 ribu saat ini sudah Rp12.500 per yard. Kenaikan tertinggi adalah kain sutra dari semula harga Rp80 ribu, saat ini menyentuh Rp90 ribu per yard.
Kebutuhan lainnya adalah malam atau lilin untuk membatik dari semula Rp20 ribu per kg saat ini sudah Rp22.500 ribu per kg, pewarna naik dari harga Rp13 ribu per ons, saat ini menjadi Rp15.500 per ons. Kenaikan itu harus ditambah lagi dengan biaya kirim barang dari paket yang biasanya Rp25 ribu per kg saat ini menjadi Rp33 ribu per kg, belum lagi minyak tanah yang harganya makin tak terjangkau Rp12.500 per liternya.
Beban para pembatik semakin berat dengan upah buruh juga praktis akan naik dari sekitar Rp16 ribu menjadi Rp22 ribu per hari. Sedang untuk pembatik cap dari Rp40 ribu per hari naik menjadi Rp45 ribu per hari.
Biaya itu masih harus ditambah lagi, adanya kenaikan harga bahan pangan, sebagai dampak berantai dari kenaikan BBM. Masyarakat juga terkena dampak, pengeluaran mereka naik, sementara penghasilan tetap atau bahkan turun.
Kenaikan BBM sangat menyengsarakan dan para perajin ini, bahkan mereka bisa bangkrut karena kesulitan biaya produksi. Padahal, usaha sektor ini menyerap puluhan ribu tenaga kerja di Pekalongan.
(gpr)