Angkot di Surabaya naikkan tarif sepihak
A
A
A
Sindonews.com – Efek domino kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai dirasakan warga. Sejak kemarin, angkutan kota (angkot) yang ada di Kota Pahlawan ramai-ramai menaikan tarif secara sepihak.
Para penumpang pun harus rela mengeluarkan kocek lebih untuk membayar biaya transportasi. Kenaikan harga BBM membuat para sopir secara sepihak menaikan harga meskipun surat keterangan (SK) Wali Kota Surabaya belum keluar. Hasilnya, penumpang pun dirugikan dengan kenaikan sepihak tersebut.
Dari pantauan SINDO di Terminal Bratang, semua lyn dengan berbagai jurusan sudah memasang surat pemberitahuan yang ditempel di kaca pintu penumpang. Dalam surat pemberitahuan itu dijelaskan kalau terjadi kenaikan tarif sebesar 30 persen.
Tarif bagi pelajar yang sebelumnya Rp2.000 menjadi Rp3.000. Sementara untuk tarif penumpang umum naik menjadi Rp4.000 dari sebelumnya Rp3.000.
“Nggak cukup kalau tarif tetap, BBM naik dan pengeluaran angkot juga harus naik,” ujar Mahmud, salah satu sopir lyn WB di Terminal Bratang, Minggu (23/6/2013).
Ia melanjutkan, kenaikan tarif 30 persen menjadikan biaya yang harus dikeluarkan penumpang naik Rp1.000. Dirinya sudah menghitung kenaikan harga BBM dengan konsumsi tiap hari, makanya kenaikan tarif 30 persen dianggap realistis.
Harga premium sebesar Rp6.500 dianggap membebani pengeluaran para sopir. Pendapatan yang diperoleh pun tak cukup untuk konsumsi BBM yang dipakai angkot. “Makanya harus ada kenaikan. Kami terus merugi kalau memakai tarif lama,” ungkapnya.
Kenaikan tarif itu langsung dikeluhkan para penumpang. Mereka kecewa dengan adanya kenaikan tarif angkot di Surabaya. Apalagi sarana transportasi massal yang ada di dalam kota hanya ada angkot.
Daminto, salah satu penumpang angkot di Bratang mengaku kecewa dengan kenaikan yang diberlakukan para sopir. Untuk sekali jalan ia harus mengeluarkan uang lebih. “Jadinya pengeluaran tambah semua, harga lainnya naik, lha ini ongkos lyn saja juga naik banyak,” katanya.
Lelaki dengan kumis tebal itu berharap pemerintah lebih bijaksana. Warga sudah dipusingkan dengan kenaikan harga BBM. Sementara kenaikan tarif angkot semakin membuat warga terpuruk. “Pendapatan bulanan tetap, tapi pengeluaran terus tambah,” keluhnya.
Para penumpang pun harus rela mengeluarkan kocek lebih untuk membayar biaya transportasi. Kenaikan harga BBM membuat para sopir secara sepihak menaikan harga meskipun surat keterangan (SK) Wali Kota Surabaya belum keluar. Hasilnya, penumpang pun dirugikan dengan kenaikan sepihak tersebut.
Dari pantauan SINDO di Terminal Bratang, semua lyn dengan berbagai jurusan sudah memasang surat pemberitahuan yang ditempel di kaca pintu penumpang. Dalam surat pemberitahuan itu dijelaskan kalau terjadi kenaikan tarif sebesar 30 persen.
Tarif bagi pelajar yang sebelumnya Rp2.000 menjadi Rp3.000. Sementara untuk tarif penumpang umum naik menjadi Rp4.000 dari sebelumnya Rp3.000.
“Nggak cukup kalau tarif tetap, BBM naik dan pengeluaran angkot juga harus naik,” ujar Mahmud, salah satu sopir lyn WB di Terminal Bratang, Minggu (23/6/2013).
Ia melanjutkan, kenaikan tarif 30 persen menjadikan biaya yang harus dikeluarkan penumpang naik Rp1.000. Dirinya sudah menghitung kenaikan harga BBM dengan konsumsi tiap hari, makanya kenaikan tarif 30 persen dianggap realistis.
Harga premium sebesar Rp6.500 dianggap membebani pengeluaran para sopir. Pendapatan yang diperoleh pun tak cukup untuk konsumsi BBM yang dipakai angkot. “Makanya harus ada kenaikan. Kami terus merugi kalau memakai tarif lama,” ungkapnya.
Kenaikan tarif itu langsung dikeluhkan para penumpang. Mereka kecewa dengan adanya kenaikan tarif angkot di Surabaya. Apalagi sarana transportasi massal yang ada di dalam kota hanya ada angkot.
Daminto, salah satu penumpang angkot di Bratang mengaku kecewa dengan kenaikan yang diberlakukan para sopir. Untuk sekali jalan ia harus mengeluarkan uang lebih. “Jadinya pengeluaran tambah semua, harga lainnya naik, lha ini ongkos lyn saja juga naik banyak,” katanya.
Lelaki dengan kumis tebal itu berharap pemerintah lebih bijaksana. Warga sudah dipusingkan dengan kenaikan harga BBM. Sementara kenaikan tarif angkot semakin membuat warga terpuruk. “Pendapatan bulanan tetap, tapi pengeluaran terus tambah,” keluhnya.
(gpr)