Garuda pangkas 30 juta liter avtur/tahun
A
A
A
Sindonews.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) pada tahun berencana meningkatkan efisiensi biaya operasional melalui manajemen penggunaan bahan bakar pesawat (avtur) dengan fuel conservation program.
Direktur Operasional Garuda Indonesia, Novijanto Herupratomo mengatakan sebagian besar biaya operasi (cost operational) perseroan melalui pembelian avtur. Selain untuk menghemat penggunaan biaya operasi, sistem fuel conservation program ini menurutnya juga lebih ramah lingkungan.
"Dari total biaya operasional Garuda, dalam pembelian avtur itu menghabiskan sekitar 30-40 persen, hal ini juga tergantung harga minyak dunia dan kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)," kata Novijanto usai menghadiri penutupan International Green Aviation Conference 2013 di Benoa, Bali, Kamis (7/3/2013).
Dia menjelaskan, melalui sistem fuel conservation program, perseroan akan mengelola cara penggunaan bahan bakar yang lebih hemat. Lebih lanjut, Novijanto menjabarkan cara yang dilakukan Garuda dengan pengaturan cara terbang maskapainya. Pihaknya akan berkordinasi dengan Air Traffic Controller (ATC), untuk mengambil jalan penerbangan yang lebih singkat.
"Kita mencoba mengambil jalan tercepat dalam penerbangan, ketinggian pesawat juga dioptimalkan dan yang terpenting pengaturan pengangkutan air di dalam pesawat sebelum terbang, cara ini bisa lebih menghemat avtur," tambahnya.
Saat ini perseroan mengoperasikan 94 armada pesawat dengan rata-rata sebanyak 470 frekuensi penerbangan per harinya. Dengan jumlah armada yang ada, perseroan menghabiskan avtur sebanyak 800 juta liter hingga 1,2 miliar liter per tahunnya. Melalui penghematan tersebut peseroan bisa memangkas penggunaan avtur hingga 2,3 persen atau 20-30 juta liter setiap tahunnya.
"Fuel conservation program ini sudah kami terapkan sejak 2007 lalu, dan perseroan akan terus mengembangkan cara-cara penghematan bahan bakar agar lebih efisien lagi," tandasnya.
Sebagai catatan, pada kuartal I/2013 perseroan membukukan pendapatan sebesar USD807,2 juta atau meningkat 12,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu USD717,4 juta. Sementara biaya operasi secara konsilidasi mengalami pertumbuhan negatif sebesar 20,7 persen dari USD16,7 juta menjadi USD20,1 juta.
Direktur Operasional Garuda Indonesia, Novijanto Herupratomo mengatakan sebagian besar biaya operasi (cost operational) perseroan melalui pembelian avtur. Selain untuk menghemat penggunaan biaya operasi, sistem fuel conservation program ini menurutnya juga lebih ramah lingkungan.
"Dari total biaya operasional Garuda, dalam pembelian avtur itu menghabiskan sekitar 30-40 persen, hal ini juga tergantung harga minyak dunia dan kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)," kata Novijanto usai menghadiri penutupan International Green Aviation Conference 2013 di Benoa, Bali, Kamis (7/3/2013).
Dia menjelaskan, melalui sistem fuel conservation program, perseroan akan mengelola cara penggunaan bahan bakar yang lebih hemat. Lebih lanjut, Novijanto menjabarkan cara yang dilakukan Garuda dengan pengaturan cara terbang maskapainya. Pihaknya akan berkordinasi dengan Air Traffic Controller (ATC), untuk mengambil jalan penerbangan yang lebih singkat.
"Kita mencoba mengambil jalan tercepat dalam penerbangan, ketinggian pesawat juga dioptimalkan dan yang terpenting pengaturan pengangkutan air di dalam pesawat sebelum terbang, cara ini bisa lebih menghemat avtur," tambahnya.
Saat ini perseroan mengoperasikan 94 armada pesawat dengan rata-rata sebanyak 470 frekuensi penerbangan per harinya. Dengan jumlah armada yang ada, perseroan menghabiskan avtur sebanyak 800 juta liter hingga 1,2 miliar liter per tahunnya. Melalui penghematan tersebut peseroan bisa memangkas penggunaan avtur hingga 2,3 persen atau 20-30 juta liter setiap tahunnya.
"Fuel conservation program ini sudah kami terapkan sejak 2007 lalu, dan perseroan akan terus mengembangkan cara-cara penghematan bahan bakar agar lebih efisien lagi," tandasnya.
Sebagai catatan, pada kuartal I/2013 perseroan membukukan pendapatan sebesar USD807,2 juta atau meningkat 12,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu USD717,4 juta. Sementara biaya operasi secara konsilidasi mengalami pertumbuhan negatif sebesar 20,7 persen dari USD16,7 juta menjadi USD20,1 juta.
(gpr)