Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra: Garuda Siap Mengembalikan Kepercayaan Publik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Karir profesionalnya sejak lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) lebih banyak di industri telekomunikasi. Pada Januari 2020, menjadi jendela baru bagi Irfan Setiaputra. Kementerian BUMN mendapuknya untuk memimpin Garuda Indonesia . Saat itu, Garuda tengah dihadapkan pada sejumlah permasalahan, mulai skandal para pemimpin lamanya, sewa pesawat yang terlalu mahal, hingga utang yang menggunung.
Baru menjabat dua bulan, virus Sars Cov-II menyebar dari Wuhan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pesawat-pesawat milik Garuda pun akhirnya lebih banyak parkir di hanggar. Bukannya pulih, utang Garuda kian besar hingga mencapai Rp142 triliun. Irfan dan manajemen mengambil risiko besar dengan memilih penyelesaian melalui Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Dalam wawancara dengan Tim KORAN SINDO, Irfan bercerita sempat berpikir untuk mengundurkan diri. Di usianya yang 58 tahun, Irfan tentu tak ingin mengakhiri karirnya dengan catatan buruk.
(Baca juga:Jalan Terang untuk Garuda Indonesia)
Akhirnya, dia bersama manajemen melakukan sejumlah kebijakan, mulai dari penundaan gaji, mengembalikan pesawat-pesawat yang beban operasionalnya bikin rugi, hingga melakukan negosiasi utang dengan para mitra.
Manajamen Garuda sekarang pun mengubah beberapa kebiasaan lama, seperti dengan tidak lagi mengedepankan pemajangan foto dan video pramugari dalam promosi. Garuda akan lebih mengedepankan pelayanan, ketulusan, dan respect terhadap penumpang.
Kemudian, Garuda juga membuka kerja sama dengan produk lokal yang mau promosi di dalam pesawat. Irfan bahkan tak sungkan untuk membagikan langsung produk-produk lokal, seperti cokelat dan scarf, kepada penumpang.
Setelah PKPU selesai, Garuda menyongsong era baru. Pemerintah akan menyuntikkan dana sebesar Rp7,5 triliun. Manajemen memastikan uang itu tidak akan digunakan untuk membayar utang, tapi untuk operasional. Garuda pun akan kembali menambah pesawat secara perlahan dengan target 60 pesawat berbagai varian jenis, mulai dari 737 800 NG hingga 330-900 Neo, hingga akhir tahun.
(Baca juga:Garuda Indonesia Kembali Layani Penerbangan)
Irfan menegaskan ke depan Garuda akan melihat secara detail setiap rute dengan memilih yang penumpang banyak dan menguntungkan. “Sudah lewat masanya bahwa kita mesti terbang ke mana-mana, ada di mana-mana, dan punya semua jenis pesawat, kayak showroom. Ngapain kita bangga punya pesawat gede, menghasilkan? Enggak,” ujarnya di kantor Garuda Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Baru menjabat dua bulan, virus Sars Cov-II menyebar dari Wuhan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pesawat-pesawat milik Garuda pun akhirnya lebih banyak parkir di hanggar. Bukannya pulih, utang Garuda kian besar hingga mencapai Rp142 triliun. Irfan dan manajemen mengambil risiko besar dengan memilih penyelesaian melalui Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Dalam wawancara dengan Tim KORAN SINDO, Irfan bercerita sempat berpikir untuk mengundurkan diri. Di usianya yang 58 tahun, Irfan tentu tak ingin mengakhiri karirnya dengan catatan buruk.
(Baca juga:Jalan Terang untuk Garuda Indonesia)
Akhirnya, dia bersama manajemen melakukan sejumlah kebijakan, mulai dari penundaan gaji, mengembalikan pesawat-pesawat yang beban operasionalnya bikin rugi, hingga melakukan negosiasi utang dengan para mitra.
Manajamen Garuda sekarang pun mengubah beberapa kebiasaan lama, seperti dengan tidak lagi mengedepankan pemajangan foto dan video pramugari dalam promosi. Garuda akan lebih mengedepankan pelayanan, ketulusan, dan respect terhadap penumpang.
Kemudian, Garuda juga membuka kerja sama dengan produk lokal yang mau promosi di dalam pesawat. Irfan bahkan tak sungkan untuk membagikan langsung produk-produk lokal, seperti cokelat dan scarf, kepada penumpang.
Setelah PKPU selesai, Garuda menyongsong era baru. Pemerintah akan menyuntikkan dana sebesar Rp7,5 triliun. Manajemen memastikan uang itu tidak akan digunakan untuk membayar utang, tapi untuk operasional. Garuda pun akan kembali menambah pesawat secara perlahan dengan target 60 pesawat berbagai varian jenis, mulai dari 737 800 NG hingga 330-900 Neo, hingga akhir tahun.
(Baca juga:Garuda Indonesia Kembali Layani Penerbangan)
Irfan menegaskan ke depan Garuda akan melihat secara detail setiap rute dengan memilih yang penumpang banyak dan menguntungkan. “Sudah lewat masanya bahwa kita mesti terbang ke mana-mana, ada di mana-mana, dan punya semua jenis pesawat, kayak showroom. Ngapain kita bangga punya pesawat gede, menghasilkan? Enggak,” ujarnya di kantor Garuda Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.