Jepang kembali bukukan surplus current account
Jepang kembali bukukan surplus current account
A
A
A
Sindonews.com - Jepang kembali membukukan surplus dalam current account atau transaksi berjalan untuk bulan keempat berturut-turut, pada Mei 2013. Hal ini dipicu pertumbuhan pendapatan investasi langsung melebihi defisit perdagangan yang didorong kenaikan impor bahan bakar fosil (minyak).
Dilansir dari Japan Times, Senin (8/7/2013), Departemen Keuangan Jepang melaporkan, surplus dalam neraca, salah satu alat pengukur terluas perdagangan internasional, berdiri di angka 540,7 miliar yen, naik 58,1 persen dari tahun sebelumnya. Ini melonjak 100,8 persen dari April lalu.
Neraca pendapatan, yang mencerminkan Jepang mendapatkan pemasukan dari investasi asing, ditandai surplus 1,523 triliun, naik 8,6 persen on year, didukung dividen yang lebih tinggi dan keuntungan dari investasi surat berharga di belakang depresiasi yen.
Perdagangan barang melihat defisit 906,7 miliar yen. Ekspor diperluas 9,1 persen menjadi 5,527 triliun yen, akibat pelemahan yen. Sementara impor naik 9,6 persen menjadi 6,434 triliun miliar yen.
Yen jatuh mendukung ekspor, membuat produk Jepang lebih murah di luar negeri dan meningkatkan nilai pendapatan luar negeri, tapi mendorong kenaikan harga impor.
Biaya impor meningkat karena permintaan gas alam dan minyak berkembang dari perusahaan listrik sebagai sumber tenaga alternatif nuklir, yang berhenti pasca-krisis Fukushima.
Dilansir dari Japan Times, Senin (8/7/2013), Departemen Keuangan Jepang melaporkan, surplus dalam neraca, salah satu alat pengukur terluas perdagangan internasional, berdiri di angka 540,7 miliar yen, naik 58,1 persen dari tahun sebelumnya. Ini melonjak 100,8 persen dari April lalu.
Neraca pendapatan, yang mencerminkan Jepang mendapatkan pemasukan dari investasi asing, ditandai surplus 1,523 triliun, naik 8,6 persen on year, didukung dividen yang lebih tinggi dan keuntungan dari investasi surat berharga di belakang depresiasi yen.
Perdagangan barang melihat defisit 906,7 miliar yen. Ekspor diperluas 9,1 persen menjadi 5,527 triliun yen, akibat pelemahan yen. Sementara impor naik 9,6 persen menjadi 6,434 triliun miliar yen.
Yen jatuh mendukung ekspor, membuat produk Jepang lebih murah di luar negeri dan meningkatkan nilai pendapatan luar negeri, tapi mendorong kenaikan harga impor.
Biaya impor meningkat karena permintaan gas alam dan minyak berkembang dari perusahaan listrik sebagai sumber tenaga alternatif nuklir, yang berhenti pasca-krisis Fukushima.
(dmd)
Explore More