Summit Oto Finance raih peringkat AA
A
A
A
Sindonews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan kembali peringkat idAA untuk PT Summit Oto Finance dan Obligasi IV/2010 yang masih beredar sebesar Rp900 miliar dengan prospek stabil.
Analis Pefindo, Titan R. Sjofjan mengatakan bahwa peringkat tersebut mencerminkan dukungan yang kuat dari induk perusahaan, yakni Sumitomo Corporation, Jepang.
"Selain itu, didukung posisi bisnis perusahaan dan permodalan yang kuat," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Senin (8/7/2013).
Kendati demikian, dia menjelaskan, peringkat tersebut dibatasi kualitas aset perusahaan yang di bawah rata-rata industri, moderatnya profil profitabilitas dan ketatnya kompetisi di industri serta regulasi industri yang lebih ketat.
Sementara itu, Pefindo menilai, perusahaan memiliki kemampuan melunasi Obligasi IV seri C tahun 2010 senilai Rp600 miliar dengan menggunakan kas internal. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 28 Oktober 2013.
Adapun kas dan setara kas perseroan per akhir kuartal I tahun ini sebesar Rp861,9 miliar. Selain itu, perseroan masih memiliki fasilitas pinjaman yang belum terpakai sebesar Rp5,9 triliun.
Analis Pefindo, Titan R. Sjofjan mengatakan bahwa peringkat tersebut mencerminkan dukungan yang kuat dari induk perusahaan, yakni Sumitomo Corporation, Jepang.
"Selain itu, didukung posisi bisnis perusahaan dan permodalan yang kuat," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Senin (8/7/2013).
Kendati demikian, dia menjelaskan, peringkat tersebut dibatasi kualitas aset perusahaan yang di bawah rata-rata industri, moderatnya profil profitabilitas dan ketatnya kompetisi di industri serta regulasi industri yang lebih ketat.
Sementara itu, Pefindo menilai, perusahaan memiliki kemampuan melunasi Obligasi IV seri C tahun 2010 senilai Rp600 miliar dengan menggunakan kas internal. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 28 Oktober 2013.
Adapun kas dan setara kas perseroan per akhir kuartal I tahun ini sebesar Rp861,9 miliar. Selain itu, perseroan masih memiliki fasilitas pinjaman yang belum terpakai sebesar Rp5,9 triliun.
(rna)