Ini tiga masalah utama dwelling time Tanjung Priok
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan M. Chatib Basri menyebut ada tiga problem utama yang menjadi penyebab lamanya waktu inap barang (dwelling time) di pelabuhan Tanjung Priok.
Pertama, sebutnya, biaya kontainer menginap masih sangat murah, bahkan ada yang mencapai Rp2.200 per meter kubik, sehingga banyak ruang di pelabuhan Tanjung Priok yang berpotensi menjadi gudang dan menghambat pergerakan.
"Bayangkan bayar parkir sekarang Rp4.000 per jam, dikali 24 jam itu. Masa biaya container di sini lebih murah? akibatnya di sini jadi gudang. Kalau jadi gudang, dia (barang) menumpuk maka movement akan susah," ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (8/7/2013) malam.
Chatib melanjutkan, yang kedua adalah koordinasi otoritas pelabuhan dengan Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) yang dikelola masing-masing pihak.
"Kemudian yang ketiga juga penting, itu juga kita mau lihat misalnya kontainer yang long stay. Ini tidak bisa kalau dibuat begini terus, mau sampai kapan? Karena kalau terlalu lama akan berubah menjadi gudang dan harus ada upaya menyelesaikan ini," ucap Chatib.
Oleh karena itu, Chatib mengaku akan mencarikan jalan keluar. Dia bahkan telah menugaskan Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar untuk berkantor di Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai Pelabuhan Tanjung Priok selama dua kali dalam seminggu.
"Jadi ini akan kita coba selesaikan. Pak Mahendra seminggu dua kali akan stay di sini untuk mencari solusi. Intinya yang mau kami bikin itu satu manajemen risiko dan pengawasan itu diperbaiki," pungkas Chatib.
Pertama, sebutnya, biaya kontainer menginap masih sangat murah, bahkan ada yang mencapai Rp2.200 per meter kubik, sehingga banyak ruang di pelabuhan Tanjung Priok yang berpotensi menjadi gudang dan menghambat pergerakan.
"Bayangkan bayar parkir sekarang Rp4.000 per jam, dikali 24 jam itu. Masa biaya container di sini lebih murah? akibatnya di sini jadi gudang. Kalau jadi gudang, dia (barang) menumpuk maka movement akan susah," ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (8/7/2013) malam.
Chatib melanjutkan, yang kedua adalah koordinasi otoritas pelabuhan dengan Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) yang dikelola masing-masing pihak.
"Kemudian yang ketiga juga penting, itu juga kita mau lihat misalnya kontainer yang long stay. Ini tidak bisa kalau dibuat begini terus, mau sampai kapan? Karena kalau terlalu lama akan berubah menjadi gudang dan harus ada upaya menyelesaikan ini," ucap Chatib.
Oleh karena itu, Chatib mengaku akan mencarikan jalan keluar. Dia bahkan telah menugaskan Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar untuk berkantor di Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai Pelabuhan Tanjung Priok selama dua kali dalam seminggu.
"Jadi ini akan kita coba selesaikan. Pak Mahendra seminggu dua kali akan stay di sini untuk mencari solusi. Intinya yang mau kami bikin itu satu manajemen risiko dan pengawasan itu diperbaiki," pungkas Chatib.
(gpr)