Dibayangi tekanan jual, IHSG belum bisa move on

Rabu, 10 Juli 2013 - 08:31 WIB
Dibayangi tekanan jual, IHSG belum bisa move on
Dibayangi tekanan jual, IHSG belum bisa move on
A A A
Sindonews.com - Sentimen baikdari menguatnya Dow Jones di hari keempatnya, ternyata tidak cukup mampu menarik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk ikut reli lantaran aksi jual masih marak di bursa Tanah Air.

Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang menjelaskan, secara teknikal, IHSG masih akan berada pada tren pelemahan lanjutan.

"IHSG akan bergerak di kisaran 4.377-4.456. Berpola two black crows di area oversold terbentuk atas IHSG, mengindikasikan bearish continuation secara terbatas," kata Edwin, Rabu (10/7/2013).

Kabar gembira datang dari Wall Street setelah Dow Jones kembali menguat di hari keempat sebesar 75,65 poin (0,5 persen) ditutup pada level 15.300.34 diiringi kejatuhan The Vix 2,91 persen ditutup pada level 14,35.

Dengan kenaikan tersebut selama empat hari Dow menguat tajam 367,93 poin (2,45 persen), dimana kenaikan Dow Jones di hari keempat didorong optimisme laba bersih emiten kuartal II/2013 akan melebihi apa yg diperkirakan semula.

Faktor ini menyebabkan reli di Wall Street dapat berlanjut serta kenaikan tajam Dow Jones tersebut mengimplikasikan investor di Wall Street semakin nyaman akan prospek The Fed mengurangi besaran stimulus ekonomi.

Berita duka justru datang dari Bursa Indonesia setelah kemarin, IHSG kembali turun 29,82 poin (0,67 persen) diiringi investor asing kembali membukukan net sell Rp529,29 miliar.

Dengan penurunan tersebut, IHSG telah jatuh 811,18 poin atau turun 15,55 persen dari level tertinggi di tanggal 20 Mei 2013 sebesar 5.214,98 dengan net sell ytd Rp4,48 triliun.

"Menurut saya kejatuhan Selasa lebih disebabkan ekspektasi pelaku pasar dalam negeri yang mengharapkan Bank Indonesia harus menaikkan BI rate untuk menghadang laju inflasi bulan Juli, yang saya perkiraan sekitar 2-2,25 persen," terang Edwin

Selain menghadang laju inflasi, menurut Edwin, menaikkan BI rate juga diharapkan bisa menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) untuk tidak bergerak liar kembali.

Karena menurutnya, faktor kejatuhan rupiah lebih sensitif terhadap pergerakan IHSG. "Sehingga dengan kenaikan BI rate tersebut berpotensi menghilangkan salah satu sumber ketidakpastian di market dan menstabilkan IHSG," pungkas Edwin.

Terlebih, lanjut dia, shock inflasi ini lebih bersifat jangka pendek, dimana inflasi tahun 2014 diperkirakan akan turun tajam menjadi hanya 3-5 persen, sehingga bukan mustahil BI rate bisa turun kembali.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5910 seconds (0.1#10.140)