Mentan: Pengusaha jangan aji mumpung

Jum'at, 12 Juli 2013 - 21:24 WIB
Mentan: Pengusaha jangan aji mumpung
Mentan: Pengusaha jangan aji mumpung
A A A
Sindonews.com - Menteri Pertanian (Mentan), Suswono mengatakan, ada berbagai macam yang menyebabkan harga kebutuhan pokok semakin tinggi saat ini. Dia meminta pengusaha jangan aji mumpung.

Kenaikan harga kebutuhan pokok ini bisa dikarenakan pasokan yang berkurang. Namun, ada juga karena permainan spekulan, yang memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya.

Menurut Mentan, produk-produk yang pasokannya kurang seperti cabai dan bawang, penyebabnya adalah mundurnya waktu panen. "Cabai dan bawang baru panen pada Agustus, sehingga praktis saat ini pasokannya berkurang," kata dia dalam rilisnya, Jumat (12/7/2013).

Guna menutupi kekurangan pasokan, pemerintah mengatasinya dengan melakukan impor. Misalnya cabai, untuk menormalkan harga sampai panen tiba pemerintah akan mengimpor sebanyak 9.700 ton. Sedangkan bawang merah akan diimpor sebanyak 12.800 ton.

Sementara, untuk produk-produk yang stoknya banyak namum harganya tinggi, seperti daging ayam dan daging sapi, Mentan mengimbau agar para pengusaha tidak memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM untuk melakukan aksi ambil untung sebesar-besarnya.

Stok daging ayam dan daging sapi sebenarnya tersedia, hanya harga di tingkat peternaknya tinggi. Misalnya daging sapi, harga di tingkat peternak mencapai Rp36 ribu sampai Rp38 ribu per kilogram (kg) hidup. "Ini terlalu tinggi, semestinya Rp30 ribu sampai Rp32 ribu per kg, peternak sudah untung," ujar Mentan.

Menurutnya, jika aksi ambil untung sebesar-besarnya ini terus dilakukan, maka untuk melindungi kepentingan konsumen, pemerintah terpaksa melakukan impor. Pemerintah perlu menjaga stabilitas harga, selain untuk melindungi konsumen juga untuk menekan angka inflasi agar tidak terlalu tinggi. "Para pengusaha boleh ambil untung tapi jangan aji mumpung," ucapnya.

Selain itu, Mentan juga mengingatkan agar para pengusaha menjaga etika bisnis. Mengambil untung sewajarnya saja, jangan terlalu tinggi. "Perhatikan juga kepentingan konsumen," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7214 seconds (0.1#10.140)