Antam hentikan sementara pembangunan smelter di Bintan
A
A
A
Sindonews.com - PT Aneka Tambang (ANTM) mengaku terpaksa menghentikan pembangunan pabrik smelter pengolahan hasil tambang jenis tembaga karena terganjal masalah perizinan pada saat masa eksplorasi.
"Sebenernya sudah tahap eksplorasi di pegunungan Bintan, Jayapura. Namun sebelum membangun pabrik smelter tembaga kita eksplorasi dulu tapi sekarang terganjal izin karena munculnya moratorium," ujar Direktur Utama ANTM, Tato Miraza di Sate Senayan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (18/7/2013).
Dikatakan Tato, perseroan sendiri saat ini telah memegang empat Izin Usaha Pertambangan (IUP) di pegunungan Bintan, Jayapura seluas 200 ribu hektar.
"Namun karena ada moratorium dari pihak Kementrian ESDM jadi dihentikan. Kita saat ini hentikan eksplorasi dan urusin izin kembali. Padahal eksplorasi di sana memakan dana besar. Dari Jayapura naik helikopter selama 20 menit. Namun kalau helikopter sudah kembali enggak bisa ikut kembali. Kondisinya 3.000m di atas permukaan laut," jelas Tato.
Selain permasalahan tersebut, lanjut Tato, pengembangan pabrik smelter tembaga merupakan program yang dicanangkan perseroan untuk masuk dalam rencana jangka panjang sehingga belum menjadi prioritas untuk diselesaikan dalam waktu dekat.
"Smelter tembaga belum jadi prioritas kita. Kita fokus dalam proyek kita cemical feronikal. Kita fokus itu, Halmahera timur, Pomala. Dan juga komoditas utama kita kan gold, nikel, bauksit, alumina dan batu bara," tutup Tato.
"Sebenernya sudah tahap eksplorasi di pegunungan Bintan, Jayapura. Namun sebelum membangun pabrik smelter tembaga kita eksplorasi dulu tapi sekarang terganjal izin karena munculnya moratorium," ujar Direktur Utama ANTM, Tato Miraza di Sate Senayan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (18/7/2013).
Dikatakan Tato, perseroan sendiri saat ini telah memegang empat Izin Usaha Pertambangan (IUP) di pegunungan Bintan, Jayapura seluas 200 ribu hektar.
"Namun karena ada moratorium dari pihak Kementrian ESDM jadi dihentikan. Kita saat ini hentikan eksplorasi dan urusin izin kembali. Padahal eksplorasi di sana memakan dana besar. Dari Jayapura naik helikopter selama 20 menit. Namun kalau helikopter sudah kembali enggak bisa ikut kembali. Kondisinya 3.000m di atas permukaan laut," jelas Tato.
Selain permasalahan tersebut, lanjut Tato, pengembangan pabrik smelter tembaga merupakan program yang dicanangkan perseroan untuk masuk dalam rencana jangka panjang sehingga belum menjadi prioritas untuk diselesaikan dalam waktu dekat.
"Smelter tembaga belum jadi prioritas kita. Kita fokus dalam proyek kita cemical feronikal. Kita fokus itu, Halmahera timur, Pomala. Dan juga komoditas utama kita kan gold, nikel, bauksit, alumina dan batu bara," tutup Tato.
(gpr)