IHSG berpotensi lanjutkan koreksi

Kamis, 25 Juli 2013 - 08:07 WIB
IHSG berpotensi lanjutkan...
IHSG berpotensi lanjutkan koreksi
A A A
Sindonews.com - Terjungkalnya nilai tukar rupiah dan espektasi bakal adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) mendorong pasar untuk merespon negatif, sehingga berpotensi menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya.

"Pada perdagangan hari ini, diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.658-4.686 dan resistance 4.748-4.789," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Kamis (25/7/2013).

Berpola menyerupai dark cloud di atas middle bollinger bands (MBB). MACD naik terbatas dengan histogram positif yang mendatar. RSI, William's %R, dan Stochastic mulai terbatas kenaikannya di area overbought.

Meski pola yang terbentuk mengindikasikan adanya potensi pelemahan, namun diharapkan rilis data-data di Eropa mampu memberikan angin positif yang dapat berimbas pada rebound-nya IHSG.

"Masih adanya sentimen positif dapat mempertahankan laju IHSG, terutama dari rilis indeks harga rumah AS yang diharapkan sedikit menurun agar ekspektasi stimulus The Fed bisa dipertahankan," pungkas Reza.

Sempat bergerak positif dan diharapkan dapat melanjutkan penguatannya seiring dengan pola teknikal yang memang mengindikasikan adanya potensi kenaikan, namun tampaknya IHSG tak kuasa menahan aksi jual dari para pelaku pasar, terutama lokal.

Asing yang tercatat nett buy tipis juga tidak mampu menjaga IHSG untuk bertahan di zona hijaunya. Variatifnya bursa saham Asia setelah merespon rilis data di China membuat mood pelaku pasar kembali berubah.

Selain itu, pelaku pasar pun akhirnya menyadari bahwa laju rupiah makin terperosok kian dalam, sehingga menimbulkan ekspektasi bahwa BI akan menaikkan kembali BI rate dan akan mengganggu kinerja dari emiten yang memiliki eksposur biaya dalam USD.

Begitu pun dengan adanya berita kenaikan suku bunga untuk kartu kredit menambah sentimen negatif.

Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.779,34 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.677,89 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.718,10.

Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.

Dari dalam negeri, pergerakan nilai tukar rupiah anjlok tak tertahankan seiring melemahnya sejumlah mata uang Asia. AUD melemah seiring rilis inflasi yang di bawah ekspektasi yang menandakan masih lemahnya permintaan dalam negeri.

Mata uang yuan pun juga terjungkal setelah rilis HSBC manufacturing PMI mengalami kontraksi yang menegaskan masih belum pulihnya sektor manufaktur China.

Belum adanya rilis dari BI mengenai langkah yang akan diambil untuk menahan pelemahan rupiah membuat pelaku pasar berekspektasi rupiah akan terdepresiasi kembali. Padahal dari laju Euro cukup positif dengan rilis data-data ekonominya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3091 seconds (0.1#10.140)