Jepang catat kenaikan harga konsumen pertama
A
A
A
Sindonews.com - Harga konsumen Jepang naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun. Namun, analis memperingatkan kenaikan tersebut dipimpin biaya energi yang mahal, bukan uptick luas dari harga barang eceran atau pertumbuhan ekonomi.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang berjanji membalikkan lebih dari satu dekade penurunan harga, telah melepaskan upaya meningkatkan ekonomi berjuluk 'Abenomics', yang menurutnya akan meningkatkan pertumbuhan, menaklukkan deflasi dan akhirnya meningkatkan gaji pekerja.
"Dalam tanda-tanda awal keberhasilan, biaya makanan telah naik dan penurunan harga untuk barang tahan lama, seperti mobil dan mesin cuci menyusut," kata Masahiko Hashimoto, ekonom Daiwa Institute of Research, seperti dilansir dari AFP, Jumat (26/7/2013).
Tapi, dia memperingatkan, bahwa angka pada Juni sebagian besar mencerminkan dari tagihan listrik konsumen yang lebih tinggi daripada jenis inflasi luas.
"Kita tidak bisa selalu mengatakan kenaikan tersebut karena 'Abenomics'. Inflasi yang baik terjadi ketika harga naik karena ekonomi tumbuh. Kita mungkin melihat ini mulai mekar, tapi masih sulit untuk menilai," ujar Hashimoto.
Menurut kementerian urusan internal, tidak termasuk harga volatile makanan segar, harga naik 0,4 persen pada Juni, kenaikan pertama sejak peningkatan 0,2 persen pada April tahun lalu. Itu merupakan keuntungan satu bulan terbesar sejak akhir 2008.
Biaya energi Jepang melonjak ternyata dari impor bahan bakar fosil yang mahal, setelah menutup reaktor nuklirnya di tengah krisis Fukushima dua tahun lalu, kecelakaan atom terburuk dalam satu generasi.
Yen turun tajam, didorong oleh kebijakan ekonomi Tokyo, yang telah mendorong biaya pengiriman yang dihargakan dalam dolar dan barang impor lain. Sementara upah hampir tidak beranjak dalam beberapa tahun.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang berjanji membalikkan lebih dari satu dekade penurunan harga, telah melepaskan upaya meningkatkan ekonomi berjuluk 'Abenomics', yang menurutnya akan meningkatkan pertumbuhan, menaklukkan deflasi dan akhirnya meningkatkan gaji pekerja.
"Dalam tanda-tanda awal keberhasilan, biaya makanan telah naik dan penurunan harga untuk barang tahan lama, seperti mobil dan mesin cuci menyusut," kata Masahiko Hashimoto, ekonom Daiwa Institute of Research, seperti dilansir dari AFP, Jumat (26/7/2013).
Tapi, dia memperingatkan, bahwa angka pada Juni sebagian besar mencerminkan dari tagihan listrik konsumen yang lebih tinggi daripada jenis inflasi luas.
"Kita tidak bisa selalu mengatakan kenaikan tersebut karena 'Abenomics'. Inflasi yang baik terjadi ketika harga naik karena ekonomi tumbuh. Kita mungkin melihat ini mulai mekar, tapi masih sulit untuk menilai," ujar Hashimoto.
Menurut kementerian urusan internal, tidak termasuk harga volatile makanan segar, harga naik 0,4 persen pada Juni, kenaikan pertama sejak peningkatan 0,2 persen pada April tahun lalu. Itu merupakan keuntungan satu bulan terbesar sejak akhir 2008.
Biaya energi Jepang melonjak ternyata dari impor bahan bakar fosil yang mahal, setelah menutup reaktor nuklirnya di tengah krisis Fukushima dua tahun lalu, kecelakaan atom terburuk dalam satu generasi.
Yen turun tajam, didorong oleh kebijakan ekonomi Tokyo, yang telah mendorong biaya pengiriman yang dihargakan dalam dolar dan barang impor lain. Sementara upah hampir tidak beranjak dalam beberapa tahun.
(dmd)