Akhir pekan, rupiah terdepresiasi
A
A
A
Sindonews.com - Posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengakhiri pekan ini kembali terdepresiasi, seiring terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (26/7/2013) melemah 2 poin dari Rp10.263 per USD pada Kamis (25/7/2013) menjadi Rp10.265 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini menguat sebanyak 10 poin dari level Rp10.301 per USD menjadi Rp10.291 per USD pada sore ini.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup melemah 10 poin dari hari sebelumnya di level Rp10.255 per USD menjadi Rp10.265 per USD, dengan kisaran harian Rp10.260-10.265 per USD.
Head of Research & Analysis BNI, Nurul Eti Nurbaeti menuturkan bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih berlanjut. Aksi ambil untung yang dilakukan investor di ursa saham dan pasar sekunder obligasi turut menambah tekanan terhadap rupiah.
Sementara BI kemarin menyatakan bahwa pelemahan rupiah diyakini akan membawa rupiah pada titik keseimbangan baru (equilibrium).
"Kondisi sekarang beberapa hari ini menunjukkan satu kondisi yang sudah mengarah pada satu konvergensi, sehingga akan tercapai satu equilibrium baru," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (26/7/2013) melemah 2 poin dari Rp10.263 per USD pada Kamis (25/7/2013) menjadi Rp10.265 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini menguat sebanyak 10 poin dari level Rp10.301 per USD menjadi Rp10.291 per USD pada sore ini.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup melemah 10 poin dari hari sebelumnya di level Rp10.255 per USD menjadi Rp10.265 per USD, dengan kisaran harian Rp10.260-10.265 per USD.
Head of Research & Analysis BNI, Nurul Eti Nurbaeti menuturkan bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih berlanjut. Aksi ambil untung yang dilakukan investor di ursa saham dan pasar sekunder obligasi turut menambah tekanan terhadap rupiah.
Sementara BI kemarin menyatakan bahwa pelemahan rupiah diyakini akan membawa rupiah pada titik keseimbangan baru (equilibrium).
"Kondisi sekarang beberapa hari ini menunjukkan satu kondisi yang sudah mengarah pada satu konvergensi, sehingga akan tercapai satu equilibrium baru," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo.
(rna)