BNI targetkan fee based income dari transaksi Rp500 M
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menargetkan pemasukan fee based income dari transaksi tahun ini mencapai Rp500 miliar. Perseroan juga menargetkan fee based income dari cash management tahun ini sebesar Rp200 miliar.
General Manager Transactional Banking Services BBNI, Iwan Kamaruddin mengatakan, pendapatan dari fee transaksi itu hingga semester pertama tahun ini telah mencapai Rp327 miliar. Jumlah itu meningkat dibanding tahun lalu senilai Rp168 miliar.
Perseroan akan mengejar transaksi dari pihak korporasi besar yang membutuhkan banyak transaksi seperti BUMN. "Nasabah korporasi besar seperti PLN, Telkom, Pertamina dan lainnya sangat memerlukan layanan transaksi elektronik. Wajar fee based income dari jasa transaksional cenderung meningkat," kata Iwan saat jumpa pers akhir pekan lalu.
Menurutnya, nilai transaksi sepanjang tiga tahun terakhir mengalami peningkatan cukup tinggi. Saat ini frekuensi transaksi melalui e-banking mencapai 500 ribu transaksi per bulan. Frekuensi transaksi mengalami peningkatan dan diharapkan mencapai 700 ribu transaksi per bulan hingga akhir tahun.
"Sebelumnya nilai transaksi melalui BNI mencapai Rp29,9 triliun, namun pada 2013 diperkirakan mencapai Rp62,6 triliun," katanya.
Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan layanan cash management sebesar 17,4 persen atau mencapai Rp61,47 triliun pada Juni 2013. Sedangkan di periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp52,33 triliun. Kontribusi cash management dari nasabah korporasi sebesar Rp28,38 triliun atau 45 persen dari portofolio, sedangkan nasabah komersial Rp33,08 triliun atau 54 persen dari portofolio cash management.
Terkait hal itu, perseroan tengah menyiapkan strategi agar mampu bersaing dengan bank lain. Misalnya, meningkatkan sinergi bisnis business banking, consumer dan ritel untuk mengoptimalkan keuntungan melalui pendekatan valuer chain.
Dia menambahkan nasabah cash management perseroan juga tercatat naik 30.515 atau menjadi 184.875 nasabah dibandingkan sebelumnya sebanyak 154.360 nasabah. Nasabah mayoritas berasal dari segmen komersial dan khususnya perusahaan BUMN dan swasta.
"Layanan cash management ini menguntungkan karena bank memperoleh fee based income. BNI meraup fee sebesar Rp327 miliar pada Juni 2013 atau naik 94 persen dari posisi sebelumnya Rp168 miliar," ujarnya.
Dia juga mengatakan transaksi penyaluran kredit valas perseroan tidak terlalu berbeda dari sebelum melemahnya rupiah terhadap dolar. Perseroan tidak memberikan pelayanan yang kompetitif terhadap penyaluran kredit, mengingat mengetatnya net interest margin (NIM) perseroan saat ini. "Suplai yang ketat, jadi problem dan sulit untuk berlaku kompotitif," ujarnya.
Menurut Iwan, suku bunga yang naik juga dianggap sebagai salah satu hambatan perseroan meningkatkan porsi kredit valas. Perseroan juga tidak mau mengambil resiko untuk merubah rencana bisnis yang telah dibuat sebelumnya.
General Manager Transactional Banking Services BBNI, Iwan Kamaruddin mengatakan, pendapatan dari fee transaksi itu hingga semester pertama tahun ini telah mencapai Rp327 miliar. Jumlah itu meningkat dibanding tahun lalu senilai Rp168 miliar.
Perseroan akan mengejar transaksi dari pihak korporasi besar yang membutuhkan banyak transaksi seperti BUMN. "Nasabah korporasi besar seperti PLN, Telkom, Pertamina dan lainnya sangat memerlukan layanan transaksi elektronik. Wajar fee based income dari jasa transaksional cenderung meningkat," kata Iwan saat jumpa pers akhir pekan lalu.
Menurutnya, nilai transaksi sepanjang tiga tahun terakhir mengalami peningkatan cukup tinggi. Saat ini frekuensi transaksi melalui e-banking mencapai 500 ribu transaksi per bulan. Frekuensi transaksi mengalami peningkatan dan diharapkan mencapai 700 ribu transaksi per bulan hingga akhir tahun.
"Sebelumnya nilai transaksi melalui BNI mencapai Rp29,9 triliun, namun pada 2013 diperkirakan mencapai Rp62,6 triliun," katanya.
Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan layanan cash management sebesar 17,4 persen atau mencapai Rp61,47 triliun pada Juni 2013. Sedangkan di periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp52,33 triliun. Kontribusi cash management dari nasabah korporasi sebesar Rp28,38 triliun atau 45 persen dari portofolio, sedangkan nasabah komersial Rp33,08 triliun atau 54 persen dari portofolio cash management.
Terkait hal itu, perseroan tengah menyiapkan strategi agar mampu bersaing dengan bank lain. Misalnya, meningkatkan sinergi bisnis business banking, consumer dan ritel untuk mengoptimalkan keuntungan melalui pendekatan valuer chain.
Dia menambahkan nasabah cash management perseroan juga tercatat naik 30.515 atau menjadi 184.875 nasabah dibandingkan sebelumnya sebanyak 154.360 nasabah. Nasabah mayoritas berasal dari segmen komersial dan khususnya perusahaan BUMN dan swasta.
"Layanan cash management ini menguntungkan karena bank memperoleh fee based income. BNI meraup fee sebesar Rp327 miliar pada Juni 2013 atau naik 94 persen dari posisi sebelumnya Rp168 miliar," ujarnya.
Dia juga mengatakan transaksi penyaluran kredit valas perseroan tidak terlalu berbeda dari sebelum melemahnya rupiah terhadap dolar. Perseroan tidak memberikan pelayanan yang kompetitif terhadap penyaluran kredit, mengingat mengetatnya net interest margin (NIM) perseroan saat ini. "Suplai yang ketat, jadi problem dan sulit untuk berlaku kompotitif," ujarnya.
Menurut Iwan, suku bunga yang naik juga dianggap sebagai salah satu hambatan perseroan meningkatkan porsi kredit valas. Perseroan juga tidak mau mengambil resiko untuk merubah rencana bisnis yang telah dibuat sebelumnya.
(izz)