Output industri Jepang Juni terendah sejak 2011
A
A
A
Sindonews.com - Produksi industri Jepang pada Juni 2013, jatuh di level terendah sejak Maret 2011, seperti saat dilanda gempa. Hasil buruk ini didapat setelah produsen mobil memangkas produksi untuk bulan kedua setelah lonjakan pada April.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (30/7/2013), Departemen Perdagangan Jepang melaporkan, output turun 3,3 persen dari bulan sebelumnya, setelah pada Mei naik di angka tertinggi sejak Desember 2011. Sementara produksi pada Juni turun 4,8 persen dari tahun sebelumnya.
Laporan ini menambah tantangan bagi Perdana Menteri Shinzo Abe, yang harus memutuskan apakah akan melanjutkan peningkatan konsumsi pajak yang mengancam pencapaian rebound perekonomian terbesar ketiga di dunia itu atau tidak.
Melemahnya produksi akan merusak kenaikan upah yang lebih tinggi dalam upaya mendukung reflation setelah meningkat sementara dari moneter dan stimulus fiskal.
"Penurunan produksi kemungkinan sementara, dan akan diimbangi peningkatan yang diharapkan Juli. Saya tidak berpikir telah terjadi perubahan dalam tren yang mendasari output industri," kata Masaaki Kanno, kepala ekonom Jepang dari JPMorgan Chase & Co, Tokyo, yang juga mantan pejabat BoJ (Bank of Japan).
Penurunan output industri lebih tajam dari perkiraan ekonom yang disurvei Bloomberg News, di mana 29 median memperkirakan pelemahan sebesar 1,5 persen. Produksi akan meningkat 6,5 persen pada Juli, kemudian turun 0,9 persen pada Agustus (menurut survei perusahaan oleh kementerian).
Kebijakan Abe yang telah melemahkan yen sekitar 12 persen terhadap dolar tahun ini, memperkuat keuntungan eksportir dan mendorong harga saham.
Produksi mobil di Jepang turun pada Juni, di mana output Toyota Motor Corp's turun 9,9 persen dari tahun sebelumnya, Honda Motor Co's jatuh 35 persen, dan Nissan Motor Co's turun 7,9 persen.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (30/7/2013), Departemen Perdagangan Jepang melaporkan, output turun 3,3 persen dari bulan sebelumnya, setelah pada Mei naik di angka tertinggi sejak Desember 2011. Sementara produksi pada Juni turun 4,8 persen dari tahun sebelumnya.
Laporan ini menambah tantangan bagi Perdana Menteri Shinzo Abe, yang harus memutuskan apakah akan melanjutkan peningkatan konsumsi pajak yang mengancam pencapaian rebound perekonomian terbesar ketiga di dunia itu atau tidak.
Melemahnya produksi akan merusak kenaikan upah yang lebih tinggi dalam upaya mendukung reflation setelah meningkat sementara dari moneter dan stimulus fiskal.
"Penurunan produksi kemungkinan sementara, dan akan diimbangi peningkatan yang diharapkan Juli. Saya tidak berpikir telah terjadi perubahan dalam tren yang mendasari output industri," kata Masaaki Kanno, kepala ekonom Jepang dari JPMorgan Chase & Co, Tokyo, yang juga mantan pejabat BoJ (Bank of Japan).
Penurunan output industri lebih tajam dari perkiraan ekonom yang disurvei Bloomberg News, di mana 29 median memperkirakan pelemahan sebesar 1,5 persen. Produksi akan meningkat 6,5 persen pada Juli, kemudian turun 0,9 persen pada Agustus (menurut survei perusahaan oleh kementerian).
Kebijakan Abe yang telah melemahkan yen sekitar 12 persen terhadap dolar tahun ini, memperkuat keuntungan eksportir dan mendorong harga saham.
Produksi mobil di Jepang turun pada Juni, di mana output Toyota Motor Corp's turun 9,9 persen dari tahun sebelumnya, Honda Motor Co's jatuh 35 persen, dan Nissan Motor Co's turun 7,9 persen.
(dmd)