Produk BlackBerry di Indonesia mulai tergeser
A
A
A
Sindonews.com - Berdatangan berbagai produk baru tampaknya menjadi tantangan sendiri bagi penjualan produk BlackBerry baru di Indonesia. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) melihat, di pasar telpon pintar sudah mulai ada peralihan brand atau dengan kata lain masyarakat mulai melihat pilihan yang beraneka ragam.
"Memang menjadi lesu karena ada peralihan brand dari BlackBerry ke brand lain," ujar Direktur Marketing ERAA, Wardoyo di Capital Building, Jakarta, Rabu (31/7/2013).
Selain peralihan brand, lanjutnya, faktor lain yang mendorong perubahan tren di masyarakat tersebut adalah besarnya selisih harga ponsel pintar buatan Research in Motion (RIM) ini di pasar formal dan pasar gelap yang menyebabkan penjuakan BlackBerry baru di pasar formal tercatat mengalami penurunan.
"Selisihnya mencapai 20 persen. Ini jauh lebih tinggi dari selisih harga rata-rata sebesar 10 persen di pasar ilegal. Sehingga masyarakat lebih memilih membeli ponsel BlackBerry di pasar gelap. Terutama ponsel terbaru BlackBerry, yaitu seri Z10 dan Q10," tutup dia.
Sebelumnya diberitakan, sepanjang semester I tahun ini, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatatkan adanya penurunan perolehan laba bersih sebesar 38,9 persen menjadi Rp129,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp212,4.
Direktur Marketing dan Komunikasi ERAA, Djatmiko Wardoyo mengatakan, penurunan perolehan laba sejalan dengan semakin ketatnya persaingan pasar di segmen yang serupa.
Selain itu, permasalahan lain juga turut berkontribusi, seperti adanya rencana kebijakan pemerintah terkait impor ponsel, banjir dan persaingan dengan pasar yang tidak sehat (produk black market/BM).
"Permintaan terhadap ponsel di Indonesia masih tinggi, tapi produk Blackberry BM pun semakin tinggi juga, sehingga pasar kita beralih ke mereka," ujarnya.
"Memang menjadi lesu karena ada peralihan brand dari BlackBerry ke brand lain," ujar Direktur Marketing ERAA, Wardoyo di Capital Building, Jakarta, Rabu (31/7/2013).
Selain peralihan brand, lanjutnya, faktor lain yang mendorong perubahan tren di masyarakat tersebut adalah besarnya selisih harga ponsel pintar buatan Research in Motion (RIM) ini di pasar formal dan pasar gelap yang menyebabkan penjuakan BlackBerry baru di pasar formal tercatat mengalami penurunan.
"Selisihnya mencapai 20 persen. Ini jauh lebih tinggi dari selisih harga rata-rata sebesar 10 persen di pasar ilegal. Sehingga masyarakat lebih memilih membeli ponsel BlackBerry di pasar gelap. Terutama ponsel terbaru BlackBerry, yaitu seri Z10 dan Q10," tutup dia.
Sebelumnya diberitakan, sepanjang semester I tahun ini, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatatkan adanya penurunan perolehan laba bersih sebesar 38,9 persen menjadi Rp129,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp212,4.
Direktur Marketing dan Komunikasi ERAA, Djatmiko Wardoyo mengatakan, penurunan perolehan laba sejalan dengan semakin ketatnya persaingan pasar di segmen yang serupa.
Selain itu, permasalahan lain juga turut berkontribusi, seperti adanya rencana kebijakan pemerintah terkait impor ponsel, banjir dan persaingan dengan pasar yang tidak sehat (produk black market/BM).
"Permintaan terhadap ponsel di Indonesia masih tinggi, tapi produk Blackberry BM pun semakin tinggi juga, sehingga pasar kita beralih ke mereka," ujarnya.
(gpr)