CEO Fonterra minta maaf atas produk susu di China
A
A
A
Sindonews.com - Produsen susu terbesar di Selandia Baru, Fonterra meminta maaf atas kekhawatiran botulism yang menyebabkan penarikan kembali (recall) produk di China. Namun, mereka membantah tuduhan Perdana Menteri Selandia Baru John Key, bahwa perusahaan menunda rilis informasi.
"Kami sangat meminta maaf kepada orang-orang yang telah terpengaruh," kata CEO Fonterra, Theo Spierings dalam konferensi pers di Beijing, seperti dilansir dari AFP, Senin (5/8/2013).
"Kami benar-benar memahami kekhawatiran di kalangan orang tua. Mereka memiliki hak untuk mengetahui, bahwa makanan tersebut aman," lanjut Spierings, sambil menambahkan Fonterra berencana menguji segala sesuatu sebagai tindakan pencegahan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Selandia Baru John Key menuduh perusahaan atas keterlambatan mengungkapkan kontaminasi.
"Aku agak terhuyung bahwa tes telah menunjukkan "sesuatu" pada Mei 2012, ketika diproduksi. Jelas, bukan sesuatu yang menjadi perhatian perusahaan karena mereka memungkinkan untuk pergi keluar," kata Key kepada Radio New Zealand.
Upaya perusahaan meyakinkan konsumen datang setelah Administrasi Makanan dan Minuman China menginstruksikan pejabat dari tiga perusahaan yang mengimpor produk Fonterra segera menghentikan penjualan, mengingat semua produk makanan menggunakan bahan yang dipertanyakan.
Produk yang digunakan untuk membuat susu formula dan minuman ringan, diduga telah terkontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan botulism. Di mana China adalah pasar formula susu terbesar di dunia.
Administrasi Umum Pengawasan Kualitas, Inspeksi dan Karantina (AQSIQ) telah memperingatkan konsumen atas dugaan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya.
"Kami sangat meminta maaf kepada orang-orang yang telah terpengaruh," kata CEO Fonterra, Theo Spierings dalam konferensi pers di Beijing, seperti dilansir dari AFP, Senin (5/8/2013).
"Kami benar-benar memahami kekhawatiran di kalangan orang tua. Mereka memiliki hak untuk mengetahui, bahwa makanan tersebut aman," lanjut Spierings, sambil menambahkan Fonterra berencana menguji segala sesuatu sebagai tindakan pencegahan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Selandia Baru John Key menuduh perusahaan atas keterlambatan mengungkapkan kontaminasi.
"Aku agak terhuyung bahwa tes telah menunjukkan "sesuatu" pada Mei 2012, ketika diproduksi. Jelas, bukan sesuatu yang menjadi perhatian perusahaan karena mereka memungkinkan untuk pergi keluar," kata Key kepada Radio New Zealand.
Upaya perusahaan meyakinkan konsumen datang setelah Administrasi Makanan dan Minuman China menginstruksikan pejabat dari tiga perusahaan yang mengimpor produk Fonterra segera menghentikan penjualan, mengingat semua produk makanan menggunakan bahan yang dipertanyakan.
Produk yang digunakan untuk membuat susu formula dan minuman ringan, diduga telah terkontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan botulism. Di mana China adalah pasar formula susu terbesar di dunia.
Administrasi Umum Pengawasan Kualitas, Inspeksi dan Karantina (AQSIQ) telah memperingatkan konsumen atas dugaan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya.
(dmd)