Geliat penjualan bendera mulai ramai
A
A
A
Sindonews.com - Menjelang peringatan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang, geliat penjualan bendera merah-putih dan aneka spanduk di Kabupaten Muaraenim mulai marak. Tingginnya permintaan konsumen terhadap berbagai atribut nasionalisme ini membawa berkah tersendiri bagi para pedagang bendera.
Seorang pedagang bendera di Kota Muaraenim, Mualimin, mengaku dirinnya telah menjadi penjual bendera musiman sejak lima tahun terakhir. Dari penjualan ini, setiap tahun ia mampu meraup keuntungan hingga Rp8 juta.
Dalam hal ini, ia tak hanya menjual bendera, namun juga sejumlah atribut kemerdekaan lainnya seperti spanduk, umbul-umbul, tirai, dan lain-lain. Dari setiap item-nya, ia mampu menjual antara 50 hingga 70 persen dari harga modal.
Sebagai gambaran, untuk satu buah tirai merah –putih (background) tenda, ia hanya membutuhkan modal sekitar Rp80 ribu. Namun, ia mampu menjual dengan kisaran harga antara Rp150-Rp200 ribu. Begitupula dengan spanduk, dengan modal Rp20 ribu, ia jual dengan harga antara Rp30-Rp35 ribu.
Mualimin mengungkapkan, setiap menjelang peringatan HUT RI, ia bersama beberapa orang rekannya yang lain sengaja datang dari Garut, Jawa Barat (Jabar) untuk menawarkan berbagai atribut kemerdekaan di sejumlah daerah. Beberapa kota di Sumatera, seperti Jambi, Bengkulu, Palembang, bahkan Muaraenim, merupakan target utama dalam pemasaran.
Menurutnya, tingginya antusiasme masyarakat dalam membeli atribut kemerdekaan menjadi salah satu alasan utama. “Kalau di Garut kita gak bisa jual mahal. Soalnya sentra pembuatan bendera ada di sana. Jadi, orang-orang sana sudah pada tahu harga,” ujar Mualimin di Muaraenim, belum lama ini.
Penjual bendera lainnya, Yuyu mengungkapkan , ia telah mulai berjualan bendera sejak 18 Juli, lalu. Ia datang bersama suaminya yang juga berjualan bendera di lokasi yang lain di Kota Muaraenim.
Umumnya, kata dia, jumlah permintaan akan semakin banyak seiring dengan semakin mendekati tanggal 17 Agustus. Untuk puncaknya akan terjadi sekitar satu minggu sebelum hari H. “Rencananya saya dan suami akan berjualan hingga 16 Agustus, mendatang,” ungkap Yuyu.
Demi menjual semua benderanya, lanjut Yuyu, ia dan suami rela tidak pulang dan merayakan hari Raya Idul Fitri bersama keluarga di Kampung halamannya.
“Nanti Lebaran tidak pulang, kami berlebaran di sini saja. Kebetulan saya punya saudara di Muaraenim,” ungkap dia.
Menurut Yuyu, selain bendera, produk lain yang banyak diminati adalah umbul-umbul. Bahkan, bercermin dari tahun sebelumnya untuk bendera dan umbul-umbul, ia mampu menghabiskan masing-masing hingga di atas 12 kodi.
“Rata-rata orang banyak membeli umbul-umbul, buat dipasang di depan rumah. Sementara kalau pengendara sepeda motor dan mobil bisanya lebih memilih bendera unyil ataupun bendera ceplok,” terangnya.
Seorang pedagang bendera di Kota Muaraenim, Mualimin, mengaku dirinnya telah menjadi penjual bendera musiman sejak lima tahun terakhir. Dari penjualan ini, setiap tahun ia mampu meraup keuntungan hingga Rp8 juta.
Dalam hal ini, ia tak hanya menjual bendera, namun juga sejumlah atribut kemerdekaan lainnya seperti spanduk, umbul-umbul, tirai, dan lain-lain. Dari setiap item-nya, ia mampu menjual antara 50 hingga 70 persen dari harga modal.
Sebagai gambaran, untuk satu buah tirai merah –putih (background) tenda, ia hanya membutuhkan modal sekitar Rp80 ribu. Namun, ia mampu menjual dengan kisaran harga antara Rp150-Rp200 ribu. Begitupula dengan spanduk, dengan modal Rp20 ribu, ia jual dengan harga antara Rp30-Rp35 ribu.
Mualimin mengungkapkan, setiap menjelang peringatan HUT RI, ia bersama beberapa orang rekannya yang lain sengaja datang dari Garut, Jawa Barat (Jabar) untuk menawarkan berbagai atribut kemerdekaan di sejumlah daerah. Beberapa kota di Sumatera, seperti Jambi, Bengkulu, Palembang, bahkan Muaraenim, merupakan target utama dalam pemasaran.
Menurutnya, tingginya antusiasme masyarakat dalam membeli atribut kemerdekaan menjadi salah satu alasan utama. “Kalau di Garut kita gak bisa jual mahal. Soalnya sentra pembuatan bendera ada di sana. Jadi, orang-orang sana sudah pada tahu harga,” ujar Mualimin di Muaraenim, belum lama ini.
Penjual bendera lainnya, Yuyu mengungkapkan , ia telah mulai berjualan bendera sejak 18 Juli, lalu. Ia datang bersama suaminya yang juga berjualan bendera di lokasi yang lain di Kota Muaraenim.
Umumnya, kata dia, jumlah permintaan akan semakin banyak seiring dengan semakin mendekati tanggal 17 Agustus. Untuk puncaknya akan terjadi sekitar satu minggu sebelum hari H. “Rencananya saya dan suami akan berjualan hingga 16 Agustus, mendatang,” ungkap Yuyu.
Demi menjual semua benderanya, lanjut Yuyu, ia dan suami rela tidak pulang dan merayakan hari Raya Idul Fitri bersama keluarga di Kampung halamannya.
“Nanti Lebaran tidak pulang, kami berlebaran di sini saja. Kebetulan saya punya saudara di Muaraenim,” ungkap dia.
Menurut Yuyu, selain bendera, produk lain yang banyak diminati adalah umbul-umbul. Bahkan, bercermin dari tahun sebelumnya untuk bendera dan umbul-umbul, ia mampu menghabiskan masing-masing hingga di atas 12 kodi.
“Rata-rata orang banyak membeli umbul-umbul, buat dipasang di depan rumah. Sementara kalau pengendara sepeda motor dan mobil bisanya lebih memilih bendera unyil ataupun bendera ceplok,” terangnya.
(gpr)