Inflasi India Juli 2013 melambung
A
A
A
Sindonews.com - Inflasi India meningkat tajam sampai mendekati enam persen pada Juli 2013, akibat pelemahan rupee yang mendorong biaya impor. Kondisi ini memperdalam kekhawatiran atas perlambatan ekonomi.
Indeks harga konsumen India, mengukur cost-of-living naik menjadi 5,79 persen dari tahun sebelumnya, meningkat hampir satu persen dari 4,86 persen pada bulan sebelumnya. Pembacaan Juli jauh melampaui perkiraan pasar naik lima persen year-on-year (yoy).
Dilansir dari AFP, Rabu (14/8/2013), peningkatan ini didorong impor bahan bakar yang lebih tinggi dan biaya lain, setelah rupee India mencapai posisi terendah sepajang waktu terhadap dolar dalam satu bulan terakhir.
Harga pangan yang secara politis sensitif naik sebesar 9,74 persen pada Juni, sementara harga bawang - komoditas pokok makanan India - melonjak 145 persen secara tahunan (data kementerian perdagangan).
Pemerintah telah putus asa menjinakkan inflasi (terutama makanan) dan menghidupkan kembali perekonomian, yang berusaha mempertahankan masa jabatan ketiga dalam pemilihan umum yang dijadwalkan Mei 2014.
Pelemahan rupee mempercepat harga setelah berbulan-bulan inflasi lambat dikekang ruang bank sentral untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen, kecepatan paling lambat dalam satu dekade. Kerusakan tanaman akibat hujan lebat juga memicu kenaikan harga pada Juli.
Bank sentral India (RBS) telah memangkas suku bunga tahun ini sebanyak tiga kali, tetapi mereka dipaksa untuk mengetatkan kebijakan moneter yang mencoba membendung jatuhnya rupee.
Para ekonom mengatakan, penurunan suku bunga lebih lanjut dapat menyebabkan rupee lebih lemah, mendorong biaya impor dan memperluas defisit transaksi berjalan India (ukuran terluas dari perdagangan) sebagai risiko terbesar perekonomian.
Sementara itu, mata uang jatuh lebih dari sepertiga ke 61.50 rupee terhadap dolar pada perdagangan siang hari, meskipun pemerintah telah mengumumkan langkah-langkah untuk mempersempit defisit transaksi berjalan dan menangkap jatuh unit.
Indeks harga konsumen India, mengukur cost-of-living naik menjadi 5,79 persen dari tahun sebelumnya, meningkat hampir satu persen dari 4,86 persen pada bulan sebelumnya. Pembacaan Juli jauh melampaui perkiraan pasar naik lima persen year-on-year (yoy).
Dilansir dari AFP, Rabu (14/8/2013), peningkatan ini didorong impor bahan bakar yang lebih tinggi dan biaya lain, setelah rupee India mencapai posisi terendah sepajang waktu terhadap dolar dalam satu bulan terakhir.
Harga pangan yang secara politis sensitif naik sebesar 9,74 persen pada Juni, sementara harga bawang - komoditas pokok makanan India - melonjak 145 persen secara tahunan (data kementerian perdagangan).
Pemerintah telah putus asa menjinakkan inflasi (terutama makanan) dan menghidupkan kembali perekonomian, yang berusaha mempertahankan masa jabatan ketiga dalam pemilihan umum yang dijadwalkan Mei 2014.
Pelemahan rupee mempercepat harga setelah berbulan-bulan inflasi lambat dikekang ruang bank sentral untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen, kecepatan paling lambat dalam satu dekade. Kerusakan tanaman akibat hujan lebat juga memicu kenaikan harga pada Juli.
Bank sentral India (RBS) telah memangkas suku bunga tahun ini sebanyak tiga kali, tetapi mereka dipaksa untuk mengetatkan kebijakan moneter yang mencoba membendung jatuhnya rupee.
Para ekonom mengatakan, penurunan suku bunga lebih lanjut dapat menyebabkan rupee lebih lemah, mendorong biaya impor dan memperluas defisit transaksi berjalan India (ukuran terluas dari perdagangan) sebagai risiko terbesar perekonomian.
Sementara itu, mata uang jatuh lebih dari sepertiga ke 61.50 rupee terhadap dolar pada perdagangan siang hari, meskipun pemerintah telah mengumumkan langkah-langkah untuk mempersempit defisit transaksi berjalan dan menangkap jatuh unit.
(dmd)