Ekspor kelapa sawit Indonesia terendah dalam 2 bulan
A
A
A
Sindonews.com - Pengiriman minyak kelapa sawit Indonesia, produsen terbesar di dunia pada Juni 2013 berada di level terendah dalam dua bulan. Kondisi ini terjadi akibat harga lokal lebih tinggi dan pasokan lebih murah dari Malaysia.
Indonesia tercatat mengirim 1,62 juta metrik ton dari 1.619.000 ton pada Juni, merupakan level terendah sejak April. Output naik 0,8 persen menjadi 2,4 juta ton. Sementara cadangan turun 2,1 persen menjadi 2,35 juta ton, terendah sejak Juni 2012.
Futures diperdagangkan Kuala Lumpur turun 19 persen pada tahun lalu, terjun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun pada bulan lalu, karena pasokan global minyak goreng melebihi permintaan. Sementara harga di Indonesia dipangkas oleh produsen terbesar kedua, Malaysia.
"CPO Indonesia berada di premi atas Malaysia. Ada pajak ekspor yang membuat pengiriman lebih mahal," kata Joelianto, Direktur Perdagangan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (16/8/2013).
Pajak atas pengiriman Indonesia sebesar 10,5 persen pada Juli, lebih tinggi dua kali lipat dari tingkat 4,5 persen di Malaysia. Kedua negara telah mempertahankan suku tidak berubah pada bulan ini.
"Permintaan mungkin akan tetap lemah sampai akhir tahun," kata Joelianto, yang perusahaannya merupakan unit berbasis di Singapura, Golden Agri-Resources Ltd (GGR), produsen sawit terbesar kedua.
Impor dari India jatuh untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Juli, turun 5,2 persen menjadi 568.254 ton dari tahun sebelumnya, setelah kemerosotan mata uang negara meningkatkan biaya bagi penyuling (Solvent Extractors 'Association of India).
Sementara ekspor Malaysia naik 0,5 persen menjadi 1,42 juta ton pada Juli dari bulan sebelumnya. Output naik 18 persen menjadi 1,67 juta dan cadangan minyak meningkat (data dewan kelapa sawit Malaysia).
Indonesia tercatat mengirim 1,62 juta metrik ton dari 1.619.000 ton pada Juni, merupakan level terendah sejak April. Output naik 0,8 persen menjadi 2,4 juta ton. Sementara cadangan turun 2,1 persen menjadi 2,35 juta ton, terendah sejak Juni 2012.
Futures diperdagangkan Kuala Lumpur turun 19 persen pada tahun lalu, terjun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun pada bulan lalu, karena pasokan global minyak goreng melebihi permintaan. Sementara harga di Indonesia dipangkas oleh produsen terbesar kedua, Malaysia.
"CPO Indonesia berada di premi atas Malaysia. Ada pajak ekspor yang membuat pengiriman lebih mahal," kata Joelianto, Direktur Perdagangan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (16/8/2013).
Pajak atas pengiriman Indonesia sebesar 10,5 persen pada Juli, lebih tinggi dua kali lipat dari tingkat 4,5 persen di Malaysia. Kedua negara telah mempertahankan suku tidak berubah pada bulan ini.
"Permintaan mungkin akan tetap lemah sampai akhir tahun," kata Joelianto, yang perusahaannya merupakan unit berbasis di Singapura, Golden Agri-Resources Ltd (GGR), produsen sawit terbesar kedua.
Impor dari India jatuh untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Juli, turun 5,2 persen menjadi 568.254 ton dari tahun sebelumnya, setelah kemerosotan mata uang negara meningkatkan biaya bagi penyuling (Solvent Extractors 'Association of India).
Sementara ekspor Malaysia naik 0,5 persen menjadi 1,42 juta ton pada Juli dari bulan sebelumnya. Output naik 18 persen menjadi 1,67 juta dan cadangan minyak meningkat (data dewan kelapa sawit Malaysia).
(dmd)