Akhir pekan, rupiah ditutup terkapar
A
A
A
Sindonews.com - Posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari terakhir pekan ini kembali terkapar seiring dengan terperosoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (16/8/2013) berada di level Rp10.392 per USD, melemah 74 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp10.318 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah terdepresiasi sebanyak 21 poin ke level Rp10.430 per USD pada penutupan sore ini dibanding hari seelumnya Rp10.409 per USD. Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup di melemah 49 poin dari level Rpp10.316 per USD menjadi Rp10.365 per USD, dengan kisaran harian Rp10.385-Rp10.388 per USD.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI rate di level 6,5 persen menyebabkan mata uang lokal tidak menarik.
"Itu membuat pelaku pasar menilai tidak menarik pegang rupiah saat ini dan beralih ke mata uang lain," kata dia.
Di samping itu, menurut dia, faktor lainnya yang memepengaruhi gerak rupiah adalah angka cadangan devisa yang turun menjadi USD92,7 miliar dibanding sebelumnya. Tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah juga menyebabkan nilai mata uang domestik kian jatuh.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (16/8/2013) berada di level Rp10.392 per USD, melemah 74 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp10.318 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah terdepresiasi sebanyak 21 poin ke level Rp10.430 per USD pada penutupan sore ini dibanding hari seelumnya Rp10.409 per USD. Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup di melemah 49 poin dari level Rpp10.316 per USD menjadi Rp10.365 per USD, dengan kisaran harian Rp10.385-Rp10.388 per USD.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI rate di level 6,5 persen menyebabkan mata uang lokal tidak menarik.
"Itu membuat pelaku pasar menilai tidak menarik pegang rupiah saat ini dan beralih ke mata uang lain," kata dia.
Di samping itu, menurut dia, faktor lainnya yang memepengaruhi gerak rupiah adalah angka cadangan devisa yang turun menjadi USD92,7 miliar dibanding sebelumnya. Tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah juga menyebabkan nilai mata uang domestik kian jatuh.
(rna)