Akibat anomali cuaca, harga ikan melonjak

Sabtu, 24 Agustus 2013 - 10:50 WIB
Akibat anomali cuaca, harga ikan melonjak
Akibat anomali cuaca, harga ikan melonjak
A A A
Sindonews.com - Setiap pemburu ikan menghafal situasi alam tersebut sebab setiap perubahan alam selalu berbanding lurus dengan penghasilan. Begitu juga nelayan pantai selatan Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.

Sudah sekitar sepekan ini, nelayan merasakan bagaimana ikan-ikan dan jenis binatang laut lainya susah ditangkap. Bulan yang terang, hempasan angin dan hujan yang rutin menyiram membuat ikan-ikan memilih bersembunyi di kedalaman. Jaring yang ditebar memutar itupun tidak banyak menghasilkan.

"Istilahnya ikan kawin. Ikan-ikan itu memilih jauh di bawah air daripada muncul di permukaan," tutur salah seorang nelayan Prigi, Amin, 35.

Setiap berlabuh meninggalkan daratan pada sore hari dan kembali ke darat pagi hari, jumlah ikan yang masuk keranjang tangkapan tidak sesuai harapan.

Lampu perahu yang bersorot menyilaukan tidak sedikitpun menangkap keberadaan ikan. Biasanya cahaya lampu yang jatuh menimpa sisik ikan yang bergerak menghasilkan gemerlap kemilauan.

"Biasanya saat musim ikan, sekali melaut, nelayan bisa mendapatkan 30 keranjang. Sekarang ini jumlah ikan yang didapat tidak lebih dari 6 keranjang," tutur nelayan lainnya, Sugianto.

Tidak sedikit nelayan pantai Prigi yang memilih bersandar, daripada nekat melaut, namun hanya tertimpa kerugian.

Hal itu mengingat ongkos melaut tidak kecil. Menurut Amin, untuk setiap perahu Slerek dengan 25 orang nelayan, dibutuhkan ongkos Rp2 juta sekali layar.

"Sementara jika hasil yang diperoleh tidak sesuai, tentu hanya rugi di ongkos saja," terangnya.

Di sisi lain, sedikitnya tangkapan ikan membuat harga di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi melonjak. Harga ikan tongkol yang sebelumnya Rp5 ribu per kilogram (kg), naik menjadi Rp10 ribu per kg.

"Itupun barang yang ada jumlahnya terbatas," ujar Amin.

Begitu juga dengan harga jual ikan layang per satu keranjang dengan berat 120 kilogram berubah menjadi Rp1 juta. Sementara untuk eceran harga per kilogramnya sekitar Rp10 ribu.

Menurut Amin, kelangkaan ikan ini harusnya tidak terjadi sebab, sesuai dengan tradisi laut, bulan Juli hingga pertengahan Desember masih musim ikan.

"Katanya karena pengaruh anomali cuaca yang membuat situasi seperti ini," jelasnya.

Sementara selama tidak melaut, para nelayan Prigi memilih memperbaiki piranti tangkapan. Berdasarkan data yang dihimpun, di Prigi sedikitnya terdapat 500 perahu nelayan. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sebagian besar nelayan memilih mengandalkan pinjaman ke koperasi nelayan.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4390 seconds (0.1#10.140)