Hadapi gejolak ekonomi, BI imbau tingkatkan daya saing
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Eksekutif Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengimbau agar Indonesia memiliki daya saing lokal dalam menghadapi gejolak ekonomi sekarang ini.
Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah terjadi terus menerus dan Difi juga mengharapkan soft lending apabila terjadi shock ekonomi dengan peningkatan daya saing.
"Kuncinya punya daya saing karena shock ekonomi akan selalu ada. Apalagi kita terbuka terhadap ekonomi internasional," ujar Difi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Gejolak ekonomi ini, Difi menjelaskan juga terjadi di negara-negara lain di kawasan Asia, seperti Thailand dan India. Kondisi ekonomi ini menjadi tantangan bersama.
"BI selalu amati fase ekonomi, yang diinginkan sekarang adalah soft lending karena kita nggak mungkin tumbuh terus menerus," lanjutnya.
Tetapi Difi menegaskan, Indonesia sudah mengalami kemajuan apabila dibandingkan dengan krisis-krisis terdahulu seperti 1998 dan 2008, dimana pada krisis 1998 Indonesia masih dibantu oleh International Monetary Fund (IMF).
"Sedangkan 2008 kita tidak terlalu diuji karena daya saing perbankan kuat dan likuiditas terjaga," pungkas Difi.
Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah terjadi terus menerus dan Difi juga mengharapkan soft lending apabila terjadi shock ekonomi dengan peningkatan daya saing.
"Kuncinya punya daya saing karena shock ekonomi akan selalu ada. Apalagi kita terbuka terhadap ekonomi internasional," ujar Difi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Gejolak ekonomi ini, Difi menjelaskan juga terjadi di negara-negara lain di kawasan Asia, seperti Thailand dan India. Kondisi ekonomi ini menjadi tantangan bersama.
"BI selalu amati fase ekonomi, yang diinginkan sekarang adalah soft lending karena kita nggak mungkin tumbuh terus menerus," lanjutnya.
Tetapi Difi menegaskan, Indonesia sudah mengalami kemajuan apabila dibandingkan dengan krisis-krisis terdahulu seperti 1998 dan 2008, dimana pada krisis 1998 Indonesia masih dibantu oleh International Monetary Fund (IMF).
"Sedangkan 2008 kita tidak terlalu diuji karena daya saing perbankan kuat dan likuiditas terjaga," pungkas Difi.
(rna)