Dolar melesat, perajin tahu gulung tikar
A
A
A
Sindonews.com - Sebagian perajin tahu di Kota Depok terpaksa tutup karena harga kedelai yang semakin melambung. Kenaikan harga kedelai tersebut dipicu oleh melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap nilai tukar dollar.
Bowo, pembuat tahu di RT 004/RW 004, Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, Depok mengatakan, dirinya sudah satu bulan menghentikan produksi tahu. Hal itu dilakukan sejak harga kedelai terus melambung tinggi.
Sebelumnya, harga kedelai hanya sekitar Rp6.500 per kg. Harga kedelai tersebut naik menjadi Rp8.000 per kg saat bulan Ramadan. Namun bukannya turun, harga kedelai semakin membengkak menjadi Rp8.700 per kg pasca Lebaran. "Kalau gini saya rugi terus, lebih baik tutup dulu," kata Bowo, Senin (26/08/2013).
Bowo mengaku pesimis jika harga kedelai bisa turun kembali. Untuk itu dia berharap agar harga tahu bisa dinaikkan sehingga bisa menutupi biaya produksi. Namun kenaikan harga tahu tersebut selalu diprotes konsumen.
Akibat berhentinya kegiatan produksi, Bowo juga terpaksa merumahkan lima pekerjanya. "Saya tidak tahu kapan akan berproduksi lagi, nunggu kesepakatan dengan yang lain dulu (rekan satu paguyuban perajin tahu)," ujarnya.
Muchtarom, pembuat tahu di Jalan Utan Kayu, Citayam, Depok menuturkan, masih memproduksi tahu. Hanya saja dia memperkecil ukuran tahu produksinya. Selain itu, tahu yang diproduksinya pun berkurang sampai 30 persen.
"Harga tahu ke konsumen sama dengan kemarin Rp3.000 per 10 potong, namun ukurannya diperkecil. Akan tetapi omzet masih menurun drastis," kata dia.
Dikatakan dia, para perajin tahu mengancam akan demo jika harga kedelai masih melambung tinggi. "Kami tinggal tunggu arahan dari Paguyuban. Kalau begini terus, kami bisa gulung tikar," pungkasnya.
Bowo, pembuat tahu di RT 004/RW 004, Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, Depok mengatakan, dirinya sudah satu bulan menghentikan produksi tahu. Hal itu dilakukan sejak harga kedelai terus melambung tinggi.
Sebelumnya, harga kedelai hanya sekitar Rp6.500 per kg. Harga kedelai tersebut naik menjadi Rp8.000 per kg saat bulan Ramadan. Namun bukannya turun, harga kedelai semakin membengkak menjadi Rp8.700 per kg pasca Lebaran. "Kalau gini saya rugi terus, lebih baik tutup dulu," kata Bowo, Senin (26/08/2013).
Bowo mengaku pesimis jika harga kedelai bisa turun kembali. Untuk itu dia berharap agar harga tahu bisa dinaikkan sehingga bisa menutupi biaya produksi. Namun kenaikan harga tahu tersebut selalu diprotes konsumen.
Akibat berhentinya kegiatan produksi, Bowo juga terpaksa merumahkan lima pekerjanya. "Saya tidak tahu kapan akan berproduksi lagi, nunggu kesepakatan dengan yang lain dulu (rekan satu paguyuban perajin tahu)," ujarnya.
Muchtarom, pembuat tahu di Jalan Utan Kayu, Citayam, Depok menuturkan, masih memproduksi tahu. Hanya saja dia memperkecil ukuran tahu produksinya. Selain itu, tahu yang diproduksinya pun berkurang sampai 30 persen.
"Harga tahu ke konsumen sama dengan kemarin Rp3.000 per 10 potong, namun ukurannya diperkecil. Akan tetapi omzet masih menurun drastis," kata dia.
Dikatakan dia, para perajin tahu mengancam akan demo jika harga kedelai masih melambung tinggi. "Kami tinggal tunggu arahan dari Paguyuban. Kalau begini terus, kami bisa gulung tikar," pungkasnya.
(gpr)