UKM terancam gulung tikar jika rupiah terus melemah
A
A
A
Sindonews.com - Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengandalkan 60 persen material impor, terancam gulung tikar apabila kurs rupiah tembus di angka Rp12.000 per dolar Amerika Serikat (USD).
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Barat, Yusuf Suhyar mengatakan, industri yang paling terkena dampaknya yaitu mereka yang menggunakan skema kontrak jangka pendek antara 1-2 bulan.
Sementara mereka yang menggunakan skema kontrak perdagangan jangka panjang minimal enam bulan, bisa terselamatkan. Sayang, industri yang menggunakan skema kontrak jangka pendek cukup banyak jumlahnya.
"Di Jawa Barat, cukup banyak yang melakukan kontrak perdagangan jangka pendek. Mulai dari sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), industri kimia, dan lainnya. Mereka sangat rawan atas kelangsungan usahanya," ujar dia di Bandung, Senin (26/8/2013).
Industri itu, kata dia, menanggung kurugian cukup besar akibat tidak stabilnya nilai tuka rupiah terhadap USD. Sayangnya, tidak sedikit dari pelaku usaha yang berpotensi terkena dampak pelemahan rupiah adalah pelaku UKM.
Sektor ini dinilai Yusuf sangat berpotensi gulung tikar apabila kurs rupiah terus melemah. Mereka, dikhawatirkan tidak mampu membeli bahan baku impor, dan memilih menghentikan usahanya.
Dia menyatakan, apabila rupiah tidak kunjung stabil, pihaknya khawatir akan terjadi perlambatan impor. Kendati sulit diprediksi, pihaknya tidak mengelak adanya perkiraan mengenai terjadinya perlambatan ekspor-impor Jabar sekitar 15 persen.
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Barat, Yusuf Suhyar mengatakan, industri yang paling terkena dampaknya yaitu mereka yang menggunakan skema kontrak jangka pendek antara 1-2 bulan.
Sementara mereka yang menggunakan skema kontrak perdagangan jangka panjang minimal enam bulan, bisa terselamatkan. Sayang, industri yang menggunakan skema kontrak jangka pendek cukup banyak jumlahnya.
"Di Jawa Barat, cukup banyak yang melakukan kontrak perdagangan jangka pendek. Mulai dari sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), industri kimia, dan lainnya. Mereka sangat rawan atas kelangsungan usahanya," ujar dia di Bandung, Senin (26/8/2013).
Industri itu, kata dia, menanggung kurugian cukup besar akibat tidak stabilnya nilai tuka rupiah terhadap USD. Sayangnya, tidak sedikit dari pelaku usaha yang berpotensi terkena dampak pelemahan rupiah adalah pelaku UKM.
Sektor ini dinilai Yusuf sangat berpotensi gulung tikar apabila kurs rupiah terus melemah. Mereka, dikhawatirkan tidak mampu membeli bahan baku impor, dan memilih menghentikan usahanya.
Dia menyatakan, apabila rupiah tidak kunjung stabil, pihaknya khawatir akan terjadi perlambatan impor. Kendati sulit diprediksi, pihaknya tidak mengelak adanya perkiraan mengenai terjadinya perlambatan ekspor-impor Jabar sekitar 15 persen.
(izz)