Akhirnya, rupiah berhasil menguat
A
A
A
Sindonews.com - Posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal pekan ini akhirnya menguat setelah mengalami pelemahan terus-menerus. Posisi rupiah bertolak belakang dengan nasib Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sore ini makin terpuruk.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (26/8/2013) berada di level Rp10.841./USD, menguat sebesar 7 poin dibanding akhir pekan lalu di level Rp10.848/USD.
Berdasarkan data Bloomberg pagi tadi, kurs rupiah berada di Rp11.065/USD per USD. Sementara sore ini, rupiah menguat ke Rp10.848/USD atau naik 210 poin dibanding Jumat (23/8/2013), yang berada di posisi Rp11.058/USD.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik berada di Rp10.775 per USD, dengan kisaran Rp10.850-Rp10.880 per USD, melemah 30 poin dibanding hari terakhir pekan lalu di Rp10.805 per USD.
Adapun data Sindonews bersumber dari Limas mencatat rupiah sore ini diperdagangkan pada harga Rp10.778 per USD, naik 30 poin dibanding akhir pekan lalu di Rp10.808/USD.
Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri menerangkan, penguatan tipis mata uang domestik sore ini terutama didorong oleh kebijakan Bank Indonesia (BI).
"Dalam jangka pendek memang ini terdampak dari upaya Bank Indonesia yang agresif melakukan intervensi terkait kurs tengah BI," ujar Reny, Senin (26/8/2013).
Namun, dia menjelaskan, penguatan rupiah belum bisa diartikan bahwa rupiah sudah mulai bergerak positif. Pasalnya, gerak rupiah yang terjadi hari ini masih berkutat di sekitar zona merah.
"Biarpun ditutup lebih tinggi dibanding akhir pekan kemarin, tapi saya lihat trennya masih negatif. Tapi paling tidak, intervensi yang dilakukan BI bisa menahan laju pelemahan, jadi tidak terlalu dalam," tukasnya.
Sementara untuk jangka panjang, Reny memandang, masih ada harapan bagi rupiah untuk bisa kembali ke zona hijau. Namun penguatan rupiah harus didukung relisasi empat paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akhir pekan kemarin.
"Tapi pelaku pasar masih menunggu isu besarnya di bulan September, yaitu kepastian pemerintah Amerika mengurangi stimulus ekonominya di sana," tutup dia.
Adapun, posisi sebaliknya terjadi pada IHSG yang mengalami koreksi dan makin memperburuk levelnya di tahun ini. IHSG sore ini ditutup terkoreksi 49,16 poin atau 1,18 persen ke level 4.120,67.
Padahal pagi tadi, IHSG dibuka naik 9,50 poin atau 0,23 persen ke level 4.179,33. Namun, pada akhir sesi I berbalik arah negatif dengan turun 1,20 poin atau 0,03 persen ke level 4.168,63.
Hampir semua sektor membebani IHSG, dengan pelemahan terbesar dipimpin industri dasar yang turun 2,26 persen. Sedangkan yang menopang IHSG, yakni sektor agri yang tumbuh 8,32 persen dan tambang naik 0,24 persen.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (26/8/2013) berada di level Rp10.841./USD, menguat sebesar 7 poin dibanding akhir pekan lalu di level Rp10.848/USD.
Berdasarkan data Bloomberg pagi tadi, kurs rupiah berada di Rp11.065/USD per USD. Sementara sore ini, rupiah menguat ke Rp10.848/USD atau naik 210 poin dibanding Jumat (23/8/2013), yang berada di posisi Rp11.058/USD.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik berada di Rp10.775 per USD, dengan kisaran Rp10.850-Rp10.880 per USD, melemah 30 poin dibanding hari terakhir pekan lalu di Rp10.805 per USD.
Adapun data Sindonews bersumber dari Limas mencatat rupiah sore ini diperdagangkan pada harga Rp10.778 per USD, naik 30 poin dibanding akhir pekan lalu di Rp10.808/USD.
Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri menerangkan, penguatan tipis mata uang domestik sore ini terutama didorong oleh kebijakan Bank Indonesia (BI).
"Dalam jangka pendek memang ini terdampak dari upaya Bank Indonesia yang agresif melakukan intervensi terkait kurs tengah BI," ujar Reny, Senin (26/8/2013).
Namun, dia menjelaskan, penguatan rupiah belum bisa diartikan bahwa rupiah sudah mulai bergerak positif. Pasalnya, gerak rupiah yang terjadi hari ini masih berkutat di sekitar zona merah.
"Biarpun ditutup lebih tinggi dibanding akhir pekan kemarin, tapi saya lihat trennya masih negatif. Tapi paling tidak, intervensi yang dilakukan BI bisa menahan laju pelemahan, jadi tidak terlalu dalam," tukasnya.
Sementara untuk jangka panjang, Reny memandang, masih ada harapan bagi rupiah untuk bisa kembali ke zona hijau. Namun penguatan rupiah harus didukung relisasi empat paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akhir pekan kemarin.
"Tapi pelaku pasar masih menunggu isu besarnya di bulan September, yaitu kepastian pemerintah Amerika mengurangi stimulus ekonominya di sana," tutup dia.
Adapun, posisi sebaliknya terjadi pada IHSG yang mengalami koreksi dan makin memperburuk levelnya di tahun ini. IHSG sore ini ditutup terkoreksi 49,16 poin atau 1,18 persen ke level 4.120,67.
Padahal pagi tadi, IHSG dibuka naik 9,50 poin atau 0,23 persen ke level 4.179,33. Namun, pada akhir sesi I berbalik arah negatif dengan turun 1,20 poin atau 0,03 persen ke level 4.168,63.
Hampir semua sektor membebani IHSG, dengan pelemahan terbesar dipimpin industri dasar yang turun 2,26 persen. Sedangkan yang menopang IHSG, yakni sektor agri yang tumbuh 8,32 persen dan tambang naik 0,24 persen.
(rna)