Harga properti di Yogyakarta akan naik 10%
A
A
A
Sindonews.com - Harga properti di Kota Yogyakarta diperkirakan akan naik hingga 10 persen sampai akhir 2013. Namun, kenaikan ini bukan karena semata-mata pengaruh nilai tukar USD terhadap rupiah.
Namun, lebih kepada koreksi pasar atas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tingkat suku bunga, dan inflasi. Sekretaris DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Andi Wijayanto mengatakan, kenaikan BBM telah membuat harga material naik.
Kenaikan ini tidak lepas dari kenaikan biaya transportasi yang bertambah sekitar 10 persen. Kondisi ini juga akan diperparah dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi. Belum lagi penyesuaian tingkat suku bunga yang akan dilakukan kalangan perbankan.
"Sebenarnya ini karena dampak BBM dan inflasi, kalau kenaikan dolar tidak seberapa," ujar Andi.
Dia mengatakan, material yang dipakai saat ini lebih banyak menggunakan materi lokal. Hanya sebagian kecil properti yang didatangkan dari luar negeri. Sehingga impor material ini sudah tidak banyak dan tergantikan material dalam negeri.
Meskipun harga akan naik, Andi optimistis pasar properti di Kota Yogyakarta tetap bagus. Dia menilai, Yogyakarta banyak diincar investor untuk menanamkan investasinya. Terbukti banyak kondotel, apartemen yang dikembangkan investor luar daerah. "Selain untuk hunian, banyak yang membeli properti untuk investasi," jelasnya.
Sementara, Ketua DPD REI, Remigius Edi Waluyo mengatakan, investasi properti cukup menguntungkan. Seperti di Jakarta, banyak pemilik modal membeli sejumlah properti. Dalam beberapa tahun mereka akan melepas lagi dan akan mendapatkan untung lumayan.
"Daripada mobil, investasi properti lebih menguntungkan dan ini menjadikan properti cukup bergairah," kata dia.
Namun, lebih kepada koreksi pasar atas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tingkat suku bunga, dan inflasi. Sekretaris DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Andi Wijayanto mengatakan, kenaikan BBM telah membuat harga material naik.
Kenaikan ini tidak lepas dari kenaikan biaya transportasi yang bertambah sekitar 10 persen. Kondisi ini juga akan diperparah dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi. Belum lagi penyesuaian tingkat suku bunga yang akan dilakukan kalangan perbankan.
"Sebenarnya ini karena dampak BBM dan inflasi, kalau kenaikan dolar tidak seberapa," ujar Andi.
Dia mengatakan, material yang dipakai saat ini lebih banyak menggunakan materi lokal. Hanya sebagian kecil properti yang didatangkan dari luar negeri. Sehingga impor material ini sudah tidak banyak dan tergantikan material dalam negeri.
Meskipun harga akan naik, Andi optimistis pasar properti di Kota Yogyakarta tetap bagus. Dia menilai, Yogyakarta banyak diincar investor untuk menanamkan investasinya. Terbukti banyak kondotel, apartemen yang dikembangkan investor luar daerah. "Selain untuk hunian, banyak yang membeli properti untuk investasi," jelasnya.
Sementara, Ketua DPD REI, Remigius Edi Waluyo mengatakan, investasi properti cukup menguntungkan. Seperti di Jakarta, banyak pemilik modal membeli sejumlah properti. Dalam beberapa tahun mereka akan melepas lagi dan akan mendapatkan untung lumayan.
"Daripada mobil, investasi properti lebih menguntungkan dan ini menjadikan properti cukup bergairah," kata dia.
(izz)