Budidaya rumput laut di Karimunjawa memprihatinkan
A
A
A
Sindonews.com - Upaya budidaya rumput laut di Kepulauan Karimunjawa, yang turut wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) semakin memprihatinkan.
Para pembudidaya butuh pendampingan aktif dari berbagai pihak agar upaya budidaya ini bisa berkembang dan memberikan kontribusi bagi masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Camat Karimunjawa, Nuryanto mengatakan, upaya budidaya rumput laut di kepulauan yang ada di Laut Jawa ini sudah dimulai beberapa tahun lalu. Namun seiring waktu, luasan lahan budidaya maupun jumlah petani rumput laut tidak bertambah, justeru kian menyusut.
Dalam kurun waktu 2008-2010, luasan lahan budidaya rumput laut masih mencapai sekitar 100 hektare (ha). Ratusan ha tersebut tersebar di sejumlah lokasi yang ada di Karimunjawa, mulai dari Pulau Nyamuk, Nyamplungan, Mrican, Karimunjawa sendiri dan lain sebagainya.
Budidaya tersebut dilakukan para nelayan maupun warga yang tinggal di masing-masing pulau tersebut dengan memanfaatkan 'lahan' yang ada di kawasan pinggiran perairan laut di wilayah mereka. Namun kini, luasan lahan budidaya yang tersisa hanya sekitar 40 ha. Itupun hanya terdapat di sejumlah lokasi, seperti Mrican dan Nyamplungan.
"Mungkin ke depan akan ada banyak lagi lahan yang tidak dimanfaatkan", kata Nuryanto, Kamis (29/8/2013).
Menurutnya, kendala budidaya rumput laut ini beragam. Mulai dari serangan penyakit, kualitas bibit yang jelek hingga minimnya pengetahuan terkait budidaya rumput laut. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya pendampingan, pembinaan atau pelatihan dari berbagai instansi terkait.
Mulai dari pihak Dislutkan Jepara maupun kalangan kampus yang mempunyai fakultas atau jurusan ilmu kelautan dan perikanan. Pendampingan ini penting. Sebab akan menuntut nelayan agar bisa mengembangkan budidaya yang digelutinya.
Menurut Nuryanto, meski sifatnya usaha alternatif, namun upaya budidaya rumput laut sebenarnya sangat prospektif. Sebab untuk tiap kilogram rumput laut basah, harganya bisa mencapai Rp12 ribu. Dan jika sudah kering harganya bisa mencapai Rp15 ribu per kg.
"Selama ini, mereka sudah beberapa kali panen tapi hasilnya tidak maksimal. Makanya malas melakukan budidaya lagi. Tapi kalau ada pembinaan mungkin hasilnya beda. Kalau soal modal sepertinya juga tidak ada masalah karena mereka bisa pinjam di bank atau lembaga keuangan lain," terang dia.
Para pembudidaya butuh pendampingan aktif dari berbagai pihak agar upaya budidaya ini bisa berkembang dan memberikan kontribusi bagi masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Camat Karimunjawa, Nuryanto mengatakan, upaya budidaya rumput laut di kepulauan yang ada di Laut Jawa ini sudah dimulai beberapa tahun lalu. Namun seiring waktu, luasan lahan budidaya maupun jumlah petani rumput laut tidak bertambah, justeru kian menyusut.
Dalam kurun waktu 2008-2010, luasan lahan budidaya rumput laut masih mencapai sekitar 100 hektare (ha). Ratusan ha tersebut tersebar di sejumlah lokasi yang ada di Karimunjawa, mulai dari Pulau Nyamuk, Nyamplungan, Mrican, Karimunjawa sendiri dan lain sebagainya.
Budidaya tersebut dilakukan para nelayan maupun warga yang tinggal di masing-masing pulau tersebut dengan memanfaatkan 'lahan' yang ada di kawasan pinggiran perairan laut di wilayah mereka. Namun kini, luasan lahan budidaya yang tersisa hanya sekitar 40 ha. Itupun hanya terdapat di sejumlah lokasi, seperti Mrican dan Nyamplungan.
"Mungkin ke depan akan ada banyak lagi lahan yang tidak dimanfaatkan", kata Nuryanto, Kamis (29/8/2013).
Menurutnya, kendala budidaya rumput laut ini beragam. Mulai dari serangan penyakit, kualitas bibit yang jelek hingga minimnya pengetahuan terkait budidaya rumput laut. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya pendampingan, pembinaan atau pelatihan dari berbagai instansi terkait.
Mulai dari pihak Dislutkan Jepara maupun kalangan kampus yang mempunyai fakultas atau jurusan ilmu kelautan dan perikanan. Pendampingan ini penting. Sebab akan menuntut nelayan agar bisa mengembangkan budidaya yang digelutinya.
Menurut Nuryanto, meski sifatnya usaha alternatif, namun upaya budidaya rumput laut sebenarnya sangat prospektif. Sebab untuk tiap kilogram rumput laut basah, harganya bisa mencapai Rp12 ribu. Dan jika sudah kering harganya bisa mencapai Rp15 ribu per kg.
"Selama ini, mereka sudah beberapa kali panen tapi hasilnya tidak maksimal. Makanya malas melakukan budidaya lagi. Tapi kalau ada pembinaan mungkin hasilnya beda. Kalau soal modal sepertinya juga tidak ada masalah karena mereka bisa pinjam di bank atau lembaga keuangan lain," terang dia.
(izz)