HET elpiji 3 kilogram di Jepara batal naik
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara, Jawa Tengah batal menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram.Warga 'Kota Ukir' itu pun kini masih bisa menikmati gas bersubsidi dengan harga lama.
Kasubag Perekonomian Daerah, Bagian Perekonomian Setda Jepara, Sidik Yanutriyoto mengatakan, awalnya pemerintah berniat menaikkan harga elpiji melon. Sebab harga lama mengacu pada peraturan lama. Padahal, seiring waktu kondisi di lapangan berjalan dinamis. Salah satunya karena dampak kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu yang mengakibatkan biaya transportasi dan sebagainya ikut membengkak.
Namun, niat tersebut urung dilakukan seiring terbitnya surat edaran (SE) Gubernur Jawa Tengah yang ditujukan kepada bupati dan walikota se-Jateng tentang penetapan HET elpiji 3 kilogram. SE tertanggal 22 Juli 2013 lalu tersebut berisi instruksi agar pemkab atau pemkot di Provinsi Jawa Tengah tidak menaikkan harga elpiji 3 kg.
Surat tersebut mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) No 104/2007 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga elpiji 3 kg yang berpijak pada ketentuan dari Kementerian ESDM RI.
“Isi SE tersebut jelas kami tidak boleh menaikkan HET. Dan, bagi bupati atau walikota yang sudah terlanjur menetapkan HET diminta untuk meninjau ulang,” ujar Sidik di Jepara, Sabtu (31/8/2013).
Saat ini, HET elpiji 3 kg di tingkat agen Jepara sebesar Rp13 ribu. Sedang di tingkat pangkalan harganya Rp15 ribu per tabung elpiji melon. Namun, di tangan konsumen harga yang ditolerir sebesar Rp16 ribu. Harga itu khusus untuk wilayah daratan Jepara.
Sementara untuk wilayah Kepulauan Karimunjawa yang ada di Laut Jawa, harganya bisa mencapai Rp21 ribu per tabung. Bahkan, untuk pulau terluar seperti Parang, Kemojan, Nyamuk, dan Genting harga tiap tabung elpiji melon bisa mencapai lebih Rp22 ribu.
Menurut Sidik, adanya perbedaan harga tersebut bisa dimaklumi. Sebab hal itu dipengaruhi oleh panjangnya mata rantai penjualan elpiji dari agen ke tangan konsumen.
“Kalau untuk wilayah Karimunjawa biaya transportasinya lebih besar. Makanya harga di sana juga lebih dibanding wilayah daratan Jepara,” terangnya.
Sementara itu, supervisor PT Koesputronegoro Nano S berharap ada penyesuaian harga elpiji 3 kg. Sebagai salah satu agen penyalur elpiji 3 kg di Jepara, pihaknya menilai kenaikan harga elpiji melon adalah sesuatu hal yang wajar. Sebab saat ini, kondisi di lapangan memang sudah berbeda dibanding beberapa tahun lalu. Terlebih, baru-baru ini ada kenaikan harga BBM yang berimbas besar pada dunia usaha.
“Lebaran Idul Fitri kemarin, mestinya momentum yang tepat untuk penyesuaian harga elpiji 3 kg. Kami sudah berupaya menahan diri untuk tidak menaikkan harga. Tapi, kalau ternyata keputusan pemerintah seperti ini mau bagaimana lagi,” jelasnya.
Ditanya berapa harga ideal untuk tiap tabung elpiji bersubsidi tersebut, Nano mengatakan, tergantung tingkatan mata rantainya. Namun setidaknya ada kenaikan beberapa ribu. “Idealnya harga di tingkat agen itu Rp16 ribu per tabung,” tandasnya.
Kasubag Perekonomian Daerah, Bagian Perekonomian Setda Jepara, Sidik Yanutriyoto mengatakan, awalnya pemerintah berniat menaikkan harga elpiji melon. Sebab harga lama mengacu pada peraturan lama. Padahal, seiring waktu kondisi di lapangan berjalan dinamis. Salah satunya karena dampak kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu yang mengakibatkan biaya transportasi dan sebagainya ikut membengkak.
Namun, niat tersebut urung dilakukan seiring terbitnya surat edaran (SE) Gubernur Jawa Tengah yang ditujukan kepada bupati dan walikota se-Jateng tentang penetapan HET elpiji 3 kilogram. SE tertanggal 22 Juli 2013 lalu tersebut berisi instruksi agar pemkab atau pemkot di Provinsi Jawa Tengah tidak menaikkan harga elpiji 3 kg.
Surat tersebut mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) No 104/2007 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga elpiji 3 kg yang berpijak pada ketentuan dari Kementerian ESDM RI.
“Isi SE tersebut jelas kami tidak boleh menaikkan HET. Dan, bagi bupati atau walikota yang sudah terlanjur menetapkan HET diminta untuk meninjau ulang,” ujar Sidik di Jepara, Sabtu (31/8/2013).
Saat ini, HET elpiji 3 kg di tingkat agen Jepara sebesar Rp13 ribu. Sedang di tingkat pangkalan harganya Rp15 ribu per tabung elpiji melon. Namun, di tangan konsumen harga yang ditolerir sebesar Rp16 ribu. Harga itu khusus untuk wilayah daratan Jepara.
Sementara untuk wilayah Kepulauan Karimunjawa yang ada di Laut Jawa, harganya bisa mencapai Rp21 ribu per tabung. Bahkan, untuk pulau terluar seperti Parang, Kemojan, Nyamuk, dan Genting harga tiap tabung elpiji melon bisa mencapai lebih Rp22 ribu.
Menurut Sidik, adanya perbedaan harga tersebut bisa dimaklumi. Sebab hal itu dipengaruhi oleh panjangnya mata rantai penjualan elpiji dari agen ke tangan konsumen.
“Kalau untuk wilayah Karimunjawa biaya transportasinya lebih besar. Makanya harga di sana juga lebih dibanding wilayah daratan Jepara,” terangnya.
Sementara itu, supervisor PT Koesputronegoro Nano S berharap ada penyesuaian harga elpiji 3 kg. Sebagai salah satu agen penyalur elpiji 3 kg di Jepara, pihaknya menilai kenaikan harga elpiji melon adalah sesuatu hal yang wajar. Sebab saat ini, kondisi di lapangan memang sudah berbeda dibanding beberapa tahun lalu. Terlebih, baru-baru ini ada kenaikan harga BBM yang berimbas besar pada dunia usaha.
“Lebaran Idul Fitri kemarin, mestinya momentum yang tepat untuk penyesuaian harga elpiji 3 kg. Kami sudah berupaya menahan diri untuk tidak menaikkan harga. Tapi, kalau ternyata keputusan pemerintah seperti ini mau bagaimana lagi,” jelasnya.
Ditanya berapa harga ideal untuk tiap tabung elpiji bersubsidi tersebut, Nano mengatakan, tergantung tingkatan mata rantainya. Namun setidaknya ada kenaikan beberapa ribu. “Idealnya harga di tingkat agen itu Rp16 ribu per tabung,” tandasnya.
(dmd)