2014, subsidi listrik kembali disesuaikan
A
A
A
Sindonews.com - PT PLN (Persero) berencana menyesuaikan kembali subsidi listrik bagi golongan tertentu pada tahun depan guna menyehatkan keuangan perusahaan.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, rencana penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) dengan cara kenaikan otomatis berdasarkan harga minyak Indonesia (ICP) dan kurs dolar AS (USD) pernah dilakukan pada tahun 1994-1997. Kemudian, lanjut dia, akan dilakukan kembali pada 2014 mendatang.
"Mekanisme itu akan dilakukan kembali, dimulai untuk golongan tertentu yang dianggap mampu," jelasnya di kantor PLN, Jakarta, Jumat (6/9/2013).
Dia mengatakan, untuk golongan yang sudah dihapus subsidinya akan tetap dipertahakan. Namun, untuk golongan mampu yang belum disesuikan tarif listriknya akan kembali disesuaikan.
"Golongan yang subsidinya sudah dihapus nanti kita pertahankan tetap tidak mendapat subsidi karena perubahan di APBN tidak sama dengan realisasi," ujarnya.
Menurutnya, kenaikan TTL secara otomatis akan menyegarkan keuangan PLN dalam menggenjot investasi di sektor ketenagalistrikan. Pasalnya, selama ini biaya pembangunan pembangkit PLN diperoleh dari hasil utang luar negeri.
"Penyesuaian tarif ini nantinya cukup untuk investasi kelistrikan. Jadi, kita ingin kembali di sana supaya tidak terlalu terbebani utang-utang, kan enggak sehat," jelas dia.
Terkait penyesuaian terhadap kurs USD, Pamudji mencontohkan, pada asumsi kurs USD sebesar Rp9.700/USD, ternyata realisasinya sebesar Rp10 ribu/USD. Artinya, golongan yang seharusnya tidak mendapatkan subsidi, justru mendapatkan subsidi.
"Ada ketidakcocokan dolar, maka harus dilakukan adjusment. Apabila dolar AS naik, maka tarif listrik juga harus ikut naik sekian persen dari tarif. Dihitung pengaruhnya terhadap komponen kurs," jelasnya.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, rencana penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) dengan cara kenaikan otomatis berdasarkan harga minyak Indonesia (ICP) dan kurs dolar AS (USD) pernah dilakukan pada tahun 1994-1997. Kemudian, lanjut dia, akan dilakukan kembali pada 2014 mendatang.
"Mekanisme itu akan dilakukan kembali, dimulai untuk golongan tertentu yang dianggap mampu," jelasnya di kantor PLN, Jakarta, Jumat (6/9/2013).
Dia mengatakan, untuk golongan yang sudah dihapus subsidinya akan tetap dipertahakan. Namun, untuk golongan mampu yang belum disesuikan tarif listriknya akan kembali disesuaikan.
"Golongan yang subsidinya sudah dihapus nanti kita pertahankan tetap tidak mendapat subsidi karena perubahan di APBN tidak sama dengan realisasi," ujarnya.
Menurutnya, kenaikan TTL secara otomatis akan menyegarkan keuangan PLN dalam menggenjot investasi di sektor ketenagalistrikan. Pasalnya, selama ini biaya pembangunan pembangkit PLN diperoleh dari hasil utang luar negeri.
"Penyesuaian tarif ini nantinya cukup untuk investasi kelistrikan. Jadi, kita ingin kembali di sana supaya tidak terlalu terbebani utang-utang, kan enggak sehat," jelas dia.
Terkait penyesuaian terhadap kurs USD, Pamudji mencontohkan, pada asumsi kurs USD sebesar Rp9.700/USD, ternyata realisasinya sebesar Rp10 ribu/USD. Artinya, golongan yang seharusnya tidak mendapatkan subsidi, justru mendapatkan subsidi.
"Ada ketidakcocokan dolar, maka harus dilakukan adjusment. Apabila dolar AS naik, maka tarif listrik juga harus ikut naik sekian persen dari tarif. Dihitung pengaruhnya terhadap komponen kurs," jelasnya.
(rna)