Alasan pemerintah masalah kedelai tak masuk akal
A
A
A
Sindonews.com - Alasan pemerintah yang menyebut permasalahan keterbatasan lahan dan rendahnya produktivitas sebagai penyebab kecilnya produksi kedelai nasional dinilai tidak masuk akal.
Direktur INDEF Enny Sri Hartati mengatakan, pada kenyataannya, ternyata banyak lahan petani yang menganggur karena tidak mendapatkan insentif pendapatan akibat rendahnya harga jual kedelai.
"Rendahnya harga jual kedelai ini pada akhirnya tidak sebanding dengan biaya produksi," kata Enny di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Enny juga mengkritik pemerintah yang tidak berpihak pada petani yang justru membuka impor pada saat petani panen raya kedelai. "Akibatnya para tengkulaklah yang justru mengambil kesempatan untuk menekan harga kedelai di tingkat petani," lanjut Enny.
Selain itu, Enny juga mengkritik pemerintah yang cenderung mengabaikan varietas kedelai unggulan yang telah dilakukan oleh banyak lembaga riset dan litbang untuk membudidayakan secara massal pada petani.
"Akibatnya kenaikan harga kedelai yang seharusnya menjadi berkah petani di negara Indonesia yang agraris malah menjadi malapetaka," tutup Enny.
Direktur INDEF Enny Sri Hartati mengatakan, pada kenyataannya, ternyata banyak lahan petani yang menganggur karena tidak mendapatkan insentif pendapatan akibat rendahnya harga jual kedelai.
"Rendahnya harga jual kedelai ini pada akhirnya tidak sebanding dengan biaya produksi," kata Enny di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Enny juga mengkritik pemerintah yang tidak berpihak pada petani yang justru membuka impor pada saat petani panen raya kedelai. "Akibatnya para tengkulaklah yang justru mengambil kesempatan untuk menekan harga kedelai di tingkat petani," lanjut Enny.
Selain itu, Enny juga mengkritik pemerintah yang cenderung mengabaikan varietas kedelai unggulan yang telah dilakukan oleh banyak lembaga riset dan litbang untuk membudidayakan secara massal pada petani.
"Akibatnya kenaikan harga kedelai yang seharusnya menjadi berkah petani di negara Indonesia yang agraris malah menjadi malapetaka," tutup Enny.
(gpr)